Showing posts with label Kisah - Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Kisah - Sejarah. Show all posts

Sejarah Kelam (17 September): Warga Palestina Dibantai Kristen Falangis di Beirut


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqv3J_N9S7AdWeUOgweDEwQwsEuiZqx63gSTMohoZcyBWXnefOquH0DaFSRm7LkPzVQ8PbPxnYr78-qdiVWqynI7a7JUSUEBRph0NHRg13gCCEFydNYmD4sdekhS-5W_OHr5Yil7plU0E/s1600/sabra-shatila+massacre.jpg

17 September 1982, sekitar lebih dari seribu warga Palestina tewas dibantai oleh pasukan Lebanon komplotan Kristen Falangis di kamp-kamp pengungsi Sabra dan Shatila di Beirut, Lebanon.

Pembantaian massal itu disinyalir upaya balas dendam atas pembunuhan Presiden Lebanon Bashir Gemayel. Pasukan Israel yang tiba di tempat kejadian perkara beberapa jam setelah Gemayel dibunuh, dituduh ikut membantu Lebanon melakukan pembantaian.

Seorang perawat di Rumah Sakit Akka dekat Shatila mengungkapkan bahwa pasukan Lebanon menembaki pengungsi Palestina tanpa pandang bulu.

http://www.pesantrenglobal.com/wp-content/uploads/2013/08/black-sunday-of-Palestina.jpg

“Salah satu anak menuturkan, pasukan Falangis itu menendang pintu dan menembak seluruh keluarga yang ada dihadapannya. Ia satu-satunya yang selamat,” kata dia, lansir BBC History.

Pengungsi yang berusaha kabur juga tak luput dari tembakan. Pasukan bahkan membunuh bayi-bayi tak berdosa yang ada di sana.

Presiden AS Ronald Reagan memberikan tanggapan atas pembantaian itu. Menurutnya, serangan itu sangat menakutkan, bahkan bagi dirinya sendiri.

“Mereka yang berbuat jahat, harus mendapatkan kemarahan dan rasa jijik dari kami,” kata dia.


Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Belajar Keluasan Ilmu dari Seorang Ulama Besar Imam Ibnul Qayyim


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi67kOWn2Q8tPWlDVixcigmYiKn3GlmhGixu9yZGBAUI9zu7zCxvhZyZwC3sHWX_DdsxWCvxInpw5z0JDWw8zFAaaFpp-zaGUP42q0DrnfSKyMsB9vpqnZK1WP6UNbKghu7RdA8-lspC2M/s1600/03.jpg

ILMU merupakan hal yang sangat penting bagi ummat muslim. Tak heran jika kita temukan para orang-orang shalih terdahulu begitu luas ilmunya. Salahsatunya kita kenal dengan Imam Ibnul Qayyim. Beliau sangat menonjol dalam ragam ilmu-ilmu islam. Dalam setiap disiplin ilmu beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar.

Murid beliau, al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan, “Beliau menyadur fiqh dalam mazhab Imam Ahmad, dan beliau menjadi seorang yang menonjol dalam mazhab dan sebagai seorang ahli fatwa. Beliau menyertai Syaikhul Islam Taqiyuddin dan menimba ilmu darinya. Beliau telah menunjukkan kemahiran beliau dalama banyak ilmu-ilmu Islam. Beliau seorang yang mengerti perihal ilmu Tafsir yang tidak ada bandingannya.

Dalam ilmu Ushul Fiqh, beliau telah mencapai puncaknya. Demikian pula dalam ilmu hadits dan kandungannya serta fiqh hadits, segala detail inferensi dalil, tidak ada yang menyamai beliau dlam hal itu. Sementara dalam bidang ilmu Fiqh dan ushul Fiqh serta bahasa Arab, beliau memiliki jangkauan pengetahuan yang luas.

Beliau juga mempelajari ilmu Kalam dan Nahwu serta ilmu-ilmu lainnya. Beliau seorang yang alim dalam ilmu suluk serta mengerti secara mendalam perkataan dan isyarat-isyarat ahli tasawuf serta hal-hal spesifik mereka. Beliau dalam dalam semua bidang keilmuan ini memiliki jangkauan yang luas.”


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5kGOBOxm2fcWojn1KmYJ92SHaCHxFWorT75ng3uVlaraQaaAp3M9kErc7_gjaBpt65didguVL8oxCeAx3GG2jsEz4vnNgmUu5OjdcIbZCj8pN9ZHuGT9m1ROB40UYBx_pR1pKvmFvyPyr/s1600/319091_242843379091660_100000980004169_707641_1827714_n.jpg

Murid beliau yang lain, yakni al-Hafizh al-Mufassir Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau menyimak hadits dan menyibukkan diri dalam ilmu hadits. Dan beliau menunjukkan kematangan dalam banyak ragam ilmu Islam terlebih dalam ilmu Tafsir, hadits dan Ushul Fiqh serta Qawa`id Fiqh.

Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kembali ke negeri Mesir, beliau lalu mulazamah kepadanya hngga Syaikhul islam wafat. Beliau menimba ilmu yang sangat banyak darinya disertai dengan kesibukan beliau dalam hal ilmu sebelumnya. Akhirnya beliau adalah yang paling diunggulkan dalam banyak ilmu-ilmu Islam, …”

Adz-Dzahabi berkata, “Beliau telah memberikan perhatian pada ilmu hadits, matan maupun tentang hal ihwal perawinya. Dan beliau juga berkecimpung dalam ilmu fiqh, dan membaguskan penempatannya, …”

Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi berkata, “Beliau menguasai banyak ilmu-ilmu Islam telebih dalam ilmu tafsir, ushul baik berupa inferensi zhahir maupun yang tersirat (mafhum).”

Al-‘Allamah ash-Shafadi mengatakan, “Beliau sangat menyibukkan diri dengan ilmu dan dalam dialog. Juga bersungguh-sungguh dan terfokuskan dalam menuntut ilmu. Beliau telah menulis banyak karya ilmiyah dan menjadi salah seorang dari imam-imam terkemuka dalam ilmu tafsir, hadits, ushul fiqh maupun ushul ilmu kalam, cabang-cabang ilmu bahasa Arab. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah tidaklah meninggalkan seorang murid yang semisal dengannya.”

Pujian juga datang dari banyak ulama besar lainnya, semisal dari imam al-‘Allamah Ibnu Taghribardi, al-‘Allamah al-Miqriizi, al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalaani, al-Imam asy-Suyuthi, al-‘allamah asy-Syaukani dan selainnya.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Ternyata Seperti Ini Cara Qabil Membunuh Habil

http://kisahislam.net/wp-content/uploads/2013/03/07-Barada-River.jpg

ANDA pasti hapal dengan kisah pembunuhan Qabil dan Habil. Kisah ini begitu jelas tertera dalam Al-Quran. Tapi, tahukah Anda bagaimana cara Qabil membunuh Habil?

 Diriwayatkan dalam beberapa kitab tafsir, Qabil berkeinginan kuat untuk membunuh saudaranya, Habil, sekalipun sudah diberikan nasihat dan peringatan oleh Habil sendiri.

Pada suatu hari ketika Habil sedang menggembala kambing lantas tertidur lelap, tiba-tiba datanglah Qabil dengan membawa batu lalu dengan beringas batu itu dilemparkan mengenai kepala Habil hingga memecahkannya. Riwayat lain menyatakan bahwa Habil dicekik dan digigit sebagaimama binatang buas ketika menyantap mangsanya, wallahu a’lam. Dan pada akhirnya matilah Habil karenanya.

Setelah Habil meninggal, tanpa rasa belas kasihan Qabil meninggalkan jenazahnya di tempat terbuka. Dia tidak tahu apa yang mesti dilakukan kepada jenazah saudaranya karena jenazah Habil adalah yang pertama kali di atas permukaan bumi. Perbuatan Qabil ini membuahkan malapetaka yang besar bagi dirinya sendiri. Dia akan menanggung dosa dari pembunuhannya tersebut—karena ia tidak bertaubat—sekaligus dosa orang yang menirunya yakni melakukan pembunuhan dengna jalan yang tidak benar. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

“Tidaklah dibunuh suatu jiwa dengan zalim melainkan dosa pembunuhan itu akan ditanggungpula oleh anak Adam yang pertama (Qabil) karena dialah yang pertama memberi contoh pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm2ytB_pFulskDcrETFVa7n2fdGrkxcKpmDfCXRX6Nw82t37BL8jOB07bOriYlYLbUiLQcNdGW7CAxqkajMOcjV6mHtYGIcea-Y_B0ooC4qK4SX9yomhZ4zoB1OQS1SOFUqikzWT_PGt4v/s640/Habil.jpg

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Barang siapa yan gmemulai perkara baik (yang disyariatkan) maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya sampai terjadinya hari kiamat. Dan barang siapa yang memulai perkara jelek maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya sampai terjadinya hari kiamat.” (HR. Muslim)

Dalam keadaan yang demikian, Allah Ta’ala mendatangkan dua burung gagak yang sedang bertarung, salah satunya mati. Maka yang hidup mengais-ngais tanah dengan paruhnya membuat lubang untuk menanam burung gagak yang mati. Qabil mengambil pelajaran dari peristiwa itu tentang cara mengubur jenazah saudaranya.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kisah Uzair, Orang Yang Dianggap Putra Allah Menurut Bangsa Yahudi


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJuS3n3Lm9Iw_8UgoV8b_AG5IzG6VGpOpOkolBxII_SYubSKMb5DBoK-5LM5SF9-Ktszp7mB4m4ug8IVMQ-kBxyQv1gZKc4KdpGI4bEUVecMkEp3kW0FGy8ndIeKW48vawByV5mO5oh2_w/s640/foto+kekuasaan+allah1+-+178.jpg

NAMA Uzair Allah sebutkan dalam al-Quran ketika Allah menceritakan klaim orang yahudi yang menyatakan bahwa Uzair anak Allah – maha suci Allah dari perkataan mereka –.



وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” (QS. at-Taubah: 30).

Bagaimana ceritanya, sehingga mereka menyebut Uzair sebagai anak Allah?

Ada banyak versi tentang ini. Yang intinya, Yahudi menyebut Uzair anak Allah, karena Uzair adalah satu-satunya orang yang hafal taurat di kalangan Bani Israil.

Berikut penjelasan dari Ibnu Katsir dilansir KonsultasiSyariah.com, beliau membawakan keterangan as-Sudi,

Ketika suku Amalliq – kaum kafir yang dulu menguasai Palestina – berhasil mengalahkan bani israil, banyak ulama yang dibantai dan pemuka-pemukanya di tawan. Sementara Uzair selamat. Dia hanya bisa menangisi nasib kaumnya. Menangisi para ulama yang meninggal, sehingga tidak ada yang mengajari Taurat. Beliau rajin menangis, sampai kedua kelopak matanya sakit. Hingga suatu ketika, beliau melewati sebuah kuburan. Dan beliau melihat ada wanita yang menangis di dekat kuburan, sambil mengatakan,

“Siapa yang akan memberi makan aku… siapa yang akan memberiku pakaian..”

Melihat itu, spontan Uzair mengingatkan,

“Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?”

“Allah.” jawab si wanita.

“kalau begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati.”  Kata Uzair.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwODnDIvf23TtCLYVoy4qF7bSuUJ6kIarKCQIIoSUFsc6VO6dE2101Dibf8K3V2x5fS8TPajtcqogKZi88bCoCXyBJbyqkfnA0z3bTXTGk-URIxFzB1tg36gUNzi6QTCL2fUwSHIiYtBya/s640/indonesia-clouds2.jpg

“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum bani Israil?” tanya si Wanita.

“Allah.” jawab Uzair.

“Lalu mengapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanya si Wanita.

Tersadarlah Uzair, bahwa dirinya sedang diingatkan.

Kemudian beliau dinasehatkan,

“Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan ketemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”

Pergilah Uzair, mengikuti saran ini.

Di sana, beliau bertemu orang tua. “Buka mulutmu.”

Uzair membuka mulutnya. Kemudian beliau disuapi benda seperti bara api besar, sebanyak 3 kali.

Seketika itu, Uzair langsung paham isi taurat. Dan beliau menjadi orang yang paling paham isi Taurat.

Kembalilah menemui bani Israil di kampung lainnya.

“Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.”

“Hai Uzair, kamu tidak bohong?”

Kemudian Uzair mengambil pensil, dan beliau tulis semua isi Taurat dengan tangannya.

Ketika beberapa ulama dibebaskan oleh Amaliq, Bani Israil-pun menyampaikan perihal Uzair kepada mereka (ulama). Akhirnya mereka mengeluarkan naskah Taurat yang mereka sembunyikan di puncak gunung, dan dicocokkan dengan tulisanya Uzair. Ternyata isinya sama.

Akhirnya, sebagian diantara mereka meyakini, Uzair adalah anak Allah… – Maha Suci Allah dari anggapan mereka –. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/134)

Allahu a’lam.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Asal Usul Nama-Nama Negara di Timur Tengah

Asal Usul Nama-Nama Negara di Timur Tengah



oleh: Wiji Hartono
(Pemerhati Sejarah, Alumni Prodi Sejarah FIB-UI)

Sebutan Timur Tengah berasal dari sudut pandang Eropa Barat yang membagi wilayah timur menjadi 3 kawasan, yaitu Timur Dekat (Near East), Timur Tengah (Middle East), dan Timur Jauh (Far East).

Sejak abad ke-19 terdapat beberapa versi mengenai batas kawasan Timur Tengah. Namun saat ini, sebutan Timur Tengah umumnya meliputi wilayah 16 negara di Asia Barat, dan ditambah Mesir.

Berikut ini asal usul nama-nama negara di Timur Tengah:

Bahrain
Dalam Bahasa Arab, Bahrain berarti “dua laut.” Istilah tersebut awalnya digunakan untuk seluruh kawasan timur Semenanjung Arab yang menghadap ke dua laut, yaitu Teluk Persia dan Teluk Oman (bagian dari Laut Arab).

Negara Bahrain sendiri merupakan negara kepulauan kecil yang terletak di Teluk Persia. Karena berada di kawasan timur Semenanjung Arab, kepulauan tersebut kemudian dinamakan Bahrain.

Kerajaan Bahrain mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 15 Agustus 1971.

Cyprus
Republik Cyprus adalah negara pulau yang terletak di wilayah timur Laut Mediterania, sebelah barat Suriah dan Lebanon, serta di selatan Turki. Republik Cyprus mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 16 Agustus 1960.

Nama Cyprus sudah ditemukan dalam catatan bangsa Mycenae pada abad ke-15 SM, yaitu ku-pi-ri-jo. Terdapat beberapa versi mengenai asal nama Cyprus. Namun Georges Dossin berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari kata Sumeria, yaitu Zubar yang berarti tembaga, atau Kubar yang berarti perunggu. Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah.

Dalam Bahasa Latin, tembaga disebut Cuprum, dan berasal dari ungkapan aes Cyprium, yaitu “logam dari Cyprus.” Sejak zaman dahulu, pulau Cyprus sudah dikenal sebagai salah satu penghasil tembaga untuk kawasan Mediterania dan Asia Barat.

Mesir
Pengguna Bahasa Inggris menyebut Mesir dengan nama Egypt. Nama tersebut berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu Aígyptos (a-ku-pi-ti-yo). Kata tersebut diserap dalam Bahasa Arab menjadi Qubṭī (Koptik).

Kata Aígyptos sendiri diserap bangsa Yunani dari kata Mesir Kuno, yaitu Hikuptah (ḥwt-kȝ-ptḥ) yang berarti “rumah dari jiwa dewa Ptah.” Kata Hikuptah merujuk pada kuil Ptah (dewa pencipta) di kota Memphis, Mesir Kuno.

Sedangkan kata Mesir berasal dari Al Qur’an (QS. Yusuf: 21), dan merupakan kata yang berasal dari rumpun Bahasa Semit. Catatan tertua yang menyebut kata Mesir adalah lempeng tanah liat bangsa Akkadia (penutur pertama Bahasa Semit).

Kata mi-iṣ-ru dalam Bahasa Akkadia berarti “perbatasan.” Kerajaan Akkadia berpusat di Mesopotamia, sekitar abad ke-23 SM, dimana Mesir menjadi salah satu wilayah perbatasannya.

Iran
Catatan tertua yang menyebut nama Iran berasal dari prasasti di reruntuhan kota kuno Naqsh-e Rustam. Prasasti tersebut mencatat penobatan raja Sasanid pertama, yaitu Ardashir I (180 – 242 M). Dalam catatan yang menggunakan Bahasa Persia Pertengahan, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh ērān. Sedangkan dalam catatan yang menggunakan Bahasa Parthia, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh aryān. Kedua sebutan tersebut berarti “raja di atas segala raja bangsa Iran.”

Kata ērān maupun aryān berasal dari Bahasa Proto-Iranian yang berarti bangsa Arya. Arya berarti “bangsawan,” dan digunakan bangsa Indo-Iranian untuk menyebut diri mereka sendiri. Sebutan tersebut dapat ditemukan dalam naskah Weda (agama Hindu) dan Avesta (agama Zoroaster).

Sedangkan kata Persia merupakan sebutan orang Yunani untuk bangsa Iran, yaitu Persis. Kata Persis sendiri berasal dari Bahasa Assyria, yaitu Parsa. Kerajaan Assyria berpusat di Mesopotamia. Prasasti Assyria dari abad ke-9 SM menyebut Parsa sebagai perbatasan di tenggara Assyria (saat ini provinsi Fars, Iran). Parsa adalah wilayah kekuasaan awal bangsa Iran.

Irak
Kata Irak berasal dari nama kota Sumeria, yaitu Uruk (berdiri sekitar 4000 tahun SM) yang berada di selatan Mesopotamia. Bangsa Arab kemudian menyebut wilayah selatan Mesopotamia sebagai al-ʿIrāq.

Sebelum Perang Dunia I, Kekhalifahan Turki Utsmani membagi Irak menjadi 3 provinsi, yaitu Vilayet Mosul, Vilayet Baghdad, dan Vilayet Basra. Pada Perang Dunia I, Inggris merebut Irak dengan bantuan bangsa Arab. Sebelumnya, Inggris berjanji membantu berdirinya negara Arab merdeka, dengan wilayah yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran (termasuk wilayah Irak) jika bangsa Arab membantu untuk mengalahkan Utsmani.

Namun setelah Perang Dunia I, Inggris tidak menunjukkan tanda untuk menjadikan Irak sebagai negara merdeka. Sehingga orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920. Inggris kemudian mendirikan Kerajaan Irak (al-Mamlakah al-‘Irāqiyyah) pada 1921, dengan Faisal I (dari Bani Hasyim) sebagai raja pertamanya.

Pada 1932, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kerajaan Irak. Pada 1958 terjadi kudeta militer yang mengganti Kerajaan Irak menjadi Republik Irak.

Israel
Nama negara Israel berasal dari nama Kerajaan Israel yang berdiri sekitar 1050 – 930 SM. Kerajaan tersebut dinamakan Israel karena merujuk pada gelar leluhur mereka, yaitu nabi Yakub (Jacob). Terdapat beberapa versi mengenai sebab nabi Yakub diberi gelar Israel. Namun dalam Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf disebutkan bahwa Israel berarti “kekasih Allah” atau “hamba Allah.”

Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi, Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin. Dua belas anak tersebut kemudian berkembang menjadi dua belas suku Israel.

Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaan di masa kepemimpinan nabi Daud dan Sulaiman, keduanya berasal dari suku Judah (Yahuda). Setelah wafatnya Sulaiman, Kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman.

Sepuluh suku tersebut kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Yahudi (Judah).

Sehingga sebutan Israel, pada awalnya, berlaku bagi semua keturunan nabi Yakub. Sedangkan sebutan Yahudi berlaku bagi keturunan Yahuda, salah satu putra Yakub.

Yordania
Nama Yordania berasal dari sungai Yordan yang mengalir di bagian barat negara tersebut. Kata Yordan sendiri berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu Yarad yang berarti “turun, menuju ke bawah.” Bangsa Arab menyebut sungai tersebut sebagai Nahr al-Urdun.

Kerajaan Hasyimi Yordania (Al-Mamlakah Al-Urdunnīyah Al-Hāshimīyah) bermula dari pemberontakan bangsa Arab (1916 – 1918) terhadap Turki Utsmani. Pemberontakan tersebut disulut oleh Inggris yang membutuhkan bantuan bangsa Arab dalam Perang Dunia I.

Inggris berhasil membujuk pemimpin Utsmani di Mekah, Syarif Hussein bin Ali al-Hasyimi (orang Arab yang masih keturunan nabi Muhammad), untuk memimpin pemberontakan terhadap Utsmani. Dalam surat menyurat antara Syarif Hussein dengan Sir Henry McMahon, Inggris berjanji akan memberikan wilayah Utsmani yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran.

Namun Inggris dan Perancis mengkhianati Syarif Hussein. Perancis mengambil alih Suriah dan Lebanon, sementara Inggris menguasai Palestina, Yordania, dan Irak. Syarif Hussein hanya berkuasa di Hejaz. Setelah orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920, Inggris kemudian memberikan kekuasaan kepada putra-putra Syarif Hussein, yaitu Abdullah dan Faisal.

Faisal I bin al-Hussein menjadi raja Irak pada 1921. Sedangkan Abdullah I bin al-Hussein menjadi raja Yordania pada 1921. Kerajaan Yordania memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 25 Mei 1946.

Kuwait
Nama Kuwait berasal dari nama ibukota negara tersebut, yaitu Madinat al-Kuwait. Kata Kuwait sendiri berasal dari kata Kut, yang biasa digunakan di selatan Irak dan timur semenanjung Arab untuk menyebut bangunan berbentuk benteng yang dikelilingi pemukiman.

Kota Kuwait bermula dari desa nelayan yang dibangun Bani Khalid pada sekitar 1613. Karena letaknya yang strategis, Kuwait menjadi rebutan berbagai kekuasaan, termasuk Utsmani dan Inggris. Pada 1899, Kuwait menjadi wilayah protektorat Inggris.

Protektorat adalah negara atau wilayah yang dikontrol, bukan dimiliki, oleh negara lain yang lebih kuat. Sebuah protektorat biasanya berstatus otonomi dan berwenang mengurus masalah dalam negeri. Status protektorat Inggris di Kuwait berakhir pada 19 Juni 1961.

Lebanon
Nama Lebanon berasal dari nama gunung Lebanon yang berada di utara negara tersebut. Kata Lebanon sendiri berasal dari Bahasa Semit, yaitu bentukan akar kata l-b-n yang berarti “putih.” Nama tersebut diberikan karena warna putih dari salju yang menutupi puncak gunung Lebanon.

Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Lebanon kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 22 November 1943. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Lebanon pada Desember 1946.

Oman

Oman adalah kata kuno yang sudah muncul di peta-peta zaman dahulu. Terdapat beberapa pendapat mengenai asal nama Oman. Pendapat yang umum digunakan adalah Oman berasal dari nama pendiri tempat tersebut, yaitu Oman bin Qahthan. Keturunan Qahtan dianggap sebagai orang Arab asli (Arab al-‘Aaribah), dan berasal dari wilayah selatan semenanjung Arab.

Istilah Arab al-‘Aaribah digunakan untuk membedakan dengan Arab al-Musta’ribah (orang Arab hasil arabisasi), yaitu orang Arab yang berasal dari keturunan nabi Ismail. Nabi Ismail bukanlah orang Arab, ayahnya (Ibrahim) berasal dari Ur (selatan Mesopotamia), ibunya (Hajar) berasal dari Mesir. Nabi Ismail kemudian menikah dengan perempuan suku Jurhum (Arab al-‘Aaribah).

Sejak abad ke-8 M, kelompok Khawarij Ibadiyah berkuasa di Oman. Beberapa kekuatan sempat berkuasa di Oman, seperti Seljuk, Portugis, Utsmani, dan Inggris. Namun kelompok Ibadi kembali berkuasa di Oman. Saat ini Oman dipimpin Sultan Qābūs bin Saʿīd, seorang Ibadi dari Dinasti Al Said.

Palestina
Catatan tertua yang menyebut nama Palestina adalah prasasti di kuil Medinet Habu, Mesir. Prasasti tersebut menyebut Peleset sebagai salah satu Orang-Orang Laut yang menyerang Mesir di masa Ramses III (sekitar 1217 – 1155 SM), Dinasti Kedua Puluh Mesir Kuno.

Orang-Orang Laut adalah sebutan bagi suku-suku yang menyerang Mesir dari laut, sekitar abad ke-13 – 12 SM. Mereka diduga berasal dari pesisir Asia Barat atau Eropa Selatan. Di antara Orang-Orang Laut tersebut adalah suku Peleset, Denyen, Shardana, Meshwesh, dan Tjekker.

Suku Peleset berasal dari wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan (saat ini masuk wilayah negara Palestina). Dalam Alkitab, Kitab Kejadian 10 : 19, wilayah tersebut awalnya dihuni oleh keturunan Kanaan bin Ham bin Nuh.

Tidak diketahui arti kata Peleset. Kemungkinan kata tersebut adalah sebutan dari orang-orang Peleset untuk diri mereka sendiri. Ketika bangsa Israel hijrah dari Mesir ke tanah Kanaan (Kitab Keluaran 6 : 4), mereka juga menggunakan sebutan orang Mesir untuk wilayah tersebut, yaitu Peleshet (Kitab Keluaran 13 : 17). Kata tersebut kemudian diserap orang Yunani menjadi Palaistinê.

Qatar
Catatan tertua yang menyebut Qatar berasal dari penulis Romawi, Pliny (23 – 79 M), yang menyebut penghuni wilayah tersebut sebagai Catharrei. Kata Qatar sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu Qathran yang berarti “tar” (minyak mentah yang merembes ke permukaan bumi dan membentuk danau aspal).

Sebelum Perang Dunia I, Qatar berada di bawah kekuasaan Utsmani. Saat Perang Dunia I, orang Arab Qatar turut membantu Inggris mengalahkan Utsmani. Qatar kemudian menjadi wilayah protektorat Inggris. Pada 1 September 1971, Qatar mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris.

Saudi Arabia
Nama Saudi pada Kerajaan Arab Saudi (al-Mamlakah al-ʻArabīyah as-Suʻūdīyah), berasal dari nama keluarga penguasanya, yaitu Keluarga Saud.

Sedangkan kata Arab, akar kata tersebut dalam rumpun Bahasa Semit memiliki arti “gurun pasir” atau “nomad (pengembara).” Dalam Al Qur’an, surat At Taubah: 97, kata ʾaʿrāb merujuk pada orang Arab Badui.

Catatan tertua yang menyebut kata Arab adalah prasasti Kurkh dari Kerajaan Assyria. Prasasti tersebut menceritakan raja Assyria (Shalmaneser III) yang berhasil mengalahkan persekutuan 12 raja dalam Pertempuran Qarqar (853 SM). Salah satu anggota persekutuan 12 raja tersebut adalah Gindibu dari mâtu arbâi (tanah Arab) yang memimpin 1000 pasukan penunggang unta.

Suriah
Nama Suriah berasal dari nama bangsa Assyria. Nama Assyria sendiri berasal dari nama ibukotanya, yaitu Assur. Sedangkan nama Assur berasal dari nama kepala dewa-dewa Assyria, yaitu Ashur. Kerajaan Assyria awalnya berpusat di Mesopotamia Utara. Bangsa Assyria mulai berkuasa sekitar abad ke-21 SM setelah Kerajaan Akkadia mengalami kemunduran. Wilayah Suriah saat ini, dahulu termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Assyria.

Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Orang Arab Suriah beberapa kali mengadakan pemberontakan terhadap Perancis. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Suriah kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 24 Oktober 1945. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Suriah pada April 1946.

Turki
Catatan tertua yang menyebut kata Turki sebagai bangsa, terdapat dalam surat dari Ishbara Qaghan (pemimpin suku Göktürks) untuk Kaisar Wen (dari Dinasti Sui di Tiongkok) pada abad ke-6 M. Dalam surat tersebut, Ishbara Qaghan menyebut dirinya sebagai Khan Turki Raya.

Catatan Tiongkok sudah menyebut kata tu-jue atau tu-kin untuk menyebut bangsa yang tinggal di Pegunungan Altay, Asia Tengah, sekitar abad ke-2 SM. Akar kata Turk sendiri dalam Bahasa Turki berarti “kekuatan.”

Uni Emirat Arab
Negara tersebut bernama Uni Emirat Arab karena merupakan gabungan dari 7 kerajaan (emirat) kecil, yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Quwain. Ibukota Uni Emirat Arab adalah Abu Dhabi.

Utsmani dan Portugis sempat berkuasa di wilayah Uni Emirat Arab. Pada abad ke-19, Inggris melakukan serangkaian perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, sehingga menjadikan mereka secara informal sebagai protektorat Inggris.

Setelah Perang Dunia II, kekuatan Inggris semakin menurun. Memasuki 1960-an, Inggris sudah tak mampu lagi menyediakan sumber daya untuk melindungi wilayah tersebut. Inggris kemudian mengumumkan akan menarik mundur pasukannya dari wilayah tersebut. Pada 1971, pemimpin Abu Dhabi dan Dubai mengajak kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut untuk membentuk persatuan. Kerajaan terakhir yang bergabung dalam persatuan tersebut adalah Ras Al Khaimah pada 1972.

Yaman

Dalam prasasti di selatan semenanjung Arab, wilayah Yaman disebut Yamnat. Sebutan Yaman awalnya meliputi ‘Asir di barat daya Arab Saudi sampai Dhofar di selatan Oman (lebih luas dari negara Yaman saat ini).

Kata Yaman dalam Bahasa Arab berarti “kanan.” Kata tersebut juga bisa berarti “kebaikan.” Sedangkan akar kata Yumn berarti “kebahagiaan.” Wilayah selatan semenanjung Arab yang subur, membuat bangsa Romawi menyebutnya Arabia Felix (Arab yang bahagia). Hal ini untuk membedakan dengan wilayah tengah semenanjung Arab yang disebut Arabia Deserta (Arab yang bergurun).

Zaidiyah, Utsmani, dan Inggris pernah berkuasa di wilayah yang saat ini menjadi negara Yaman. Pada abad ke-19, wilayah Aden (Yaman Selatan) dikuasai Inggris. Sementara kelompok Zaidiyah kembali mendirikan kerajaan di Sana’a (Yaman Utara) setelah kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I.

Pada 1962, terjadi pemberontakan militer di Yaman Utara. Dengan didukung Mesir, pemberontak berhasil menguasai Yaman Utara dan membentuk Republik Arab Yaman. Pemberontakan tersebut menginspirasi orang-orang Arab Selatan untuk memberontak terhadap Inggris pada 1963. Pada 1967, Inggris menarik mundur pasukannya, dan Yaman Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya. Pada 1990, Yaman Utara dan Yaman Selatan sepakat untuk membentuk negara bersatu.

———————————————

Sumber: Ensiklopedia online Britannica, Wikipedia, dan Kamus Etimologi Online (etymonline.com)

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Haji Wada’ dan Khutbah Terakhir Rasulullahshalallahu alaihi wassalam yang Sangat Mengharukan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCGrPkJJxHelVWPo3SPnX4mABlCdOkctZZImC1jWd2YRWgXAjXHqI-1HP-5NGZhlGvC1CjrIaDNhvPi2MO_Xz61lSUXwtDiSgyxX9UcV4953wRc9qTQs4gCiNfQiOWCfbcHUN213Kpv84A/s1600/foto-kabah-th-1920.jpg

Haji Wada’ dikenal dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Beliau mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah 10 H atau setahun sebelum beliau wafat.

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata: “Selama 9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Rasulullah saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah Saw dan mengamalkan ibadah haji sebagaimana amalan beliau.”

Peristiwa Haji Wada adalah momen besar yang menjadi perpisahan beliau dengan umatnya. Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah dekat.

Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 H, mulailah Nabi shalallahu alaihi wassalam mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam kehidupan beliau. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah Saw menyeru kaum muslimin dari berbagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya.

Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000 orang bahkan lebih. Ada yang mengatakan jumlah rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah kurang lebih 114.000 orang.

Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi shalallahu alaihi wassalam berangkat menuju Mina. Beliau shalat zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan shalat Subuh juga di tempat itu. Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser, condong ke Barat, Nabi shalallahu alaihi wassalam mulai memberikan khotbah di sebuah tempat bernama Namirah. Setelah beliau berkhotbah, Allah Swt menurunkan ayat:

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

 http://1.bp.blogspot.com/-e9BQFbjgiZM/UuQFDe_WzdI/AAAAAAAAAAg/CSRTqimlxaQ/s1600/Khutbah+Rasulullah+Terakhir.jpg

Khutbah Terakhir

Saat Haji Wada’, Rasulullah menyampaikan khutbah yang merupakan wasiatnya yang terakhir. Khutban ini disampaikan pada 9 Zulhijah tahun 10 Hijrah di Lembah Uranah, Gunung Arafah.

“Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan. Aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini. Maka dengarlah kata-kataku dengan teliti dan sampaikanlah kepada mereka yang tidak hadir disini.

“Wahai manusia, seperti halnya kalian menganggap bulan dan kota ini sebagai kota suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kalian kepada pemiliknya yang berhak. Jangan kau sakiti orang lain, agar ia tidak menyakitimu pula.”

“Wahai manusia! Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram (terlarang) bagimu, sampai datang masanya kamu menghadap Tuhan, dan pasti kamu menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung jawaban atas perbuatanmu. Saya sudah menyampaikan ini. Maka barangsiapa yang telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.”

“Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhanmu, dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba. Oleh karena itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.”

“Semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Jangan kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak ada lagi riba, dan riba Abbas bin Abdul Muttalib semua sudah tidak berlaku. Semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’a bin Harith bin Abdul Muttalib.”

Waspadalah terhadap setan demi keselamatan agamamu. Sesunggunya ia telah berputus asa untuk menyesatkanmu dalam perkara-perkara besar. Maka berjaga-jagalah supaya jangan sampai kamu disesatkan dalam perkara-perkara kecil.

“Wahai manusia! Hari ini syaitan sudah berputus asa untuk disembah di tanah ini selama-lamanya. Tetapi bila kamu perturutkan dia maka senanglah dia. Karena itu peliharalah agamamu ini sebaik-baiknya.  Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci.”

“Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas istrimu, mereka juga mempunyai hak atasmu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka atasmu, maka mereka juga mempunyai hak atas nafkahmu secara lahir maupun batin.”

“Layanilah mereka dengan baik dan belaku lemah lembut terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka adalah teman dan sahabatmu yang setia, serta halal hubungan suami-istri atas kalian. Dan kamu berhak melarang mereka memasukkan orang  yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu.”

“Wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah dan dirikanlah shalat lima waktu dalam sehari. Berpuasalah engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau miliki, serta tunaikan ibadah haji sekiranya engkau mampu melaksanakannya. Ketahuilah, bahwa setiap muslim adalah saudara dengan derajat yang sama, tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya, kecuali dalam taqwa dan amal shaleh.”

“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari nanti. Dan pada hari itu, kamu akan dimintai pertanggungjawabkan segala yang kamu perbuat. Karena itu, waspadalah, jangan sampai kamu keluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.”

“Wahai manusia, tidak akan ada lagi nabi dan rasul selepas ketiadaanku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh karena itu, wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh dan pahamilah kata-kataku yang telah kusampaikan kepadamu. Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal kepadamu, yakni Al Qur’an dan Sunnahku, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti keduanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya.”

“Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku menyampaikan kepada orang lain, dan hendaknya orang lain itu menyampaikan kepada yang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang hanya sekedar mendengar dariku tanpa memahaminya.  Saksikanlah Ya Allah, bahwa telah aku sampaikan risalah ini kepada hamba-hamba-Mu.”

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kisah Mantan Pendeta Roma Yang menjadi Seorang Muslim


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyyZI0i-PsLuj3yA8YvA_v99KaQWMvsKMH1j9oOo8PhpaOf-rGeY_dZnLtiTYqKDZ2yM317wMEyYgrFLZxelrT9s4ioMiqBCk21S7OAqBLT8PwUaDub71XVoWLZ7uDnOSlR6Hk5Jsu-sU/s1600/jalan-yang-lurus.jpg

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.

Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.

Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’aala, pasti Dia ‘Azza Wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan akan dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmatan Islam. Semoga Allah merahmati syaikh kami al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالسُنَّةِ

Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan as-Sunnah

Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
إِنَّ مِنْ نِعْمَةِ اللهِ عَلَى اْلأَعْجَمِيِّ وَ الشَابِ إِذَا نَسَكَ أَنْ يُوَافِيَ صَاحِبَ سُنَّةٍ فَيَحْمِلَهُ عَلَيْهَا

Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam dan pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya

Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik, kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’aala.

Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-.

Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nashrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.

Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan:

Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.

Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku. Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaanku, akan tetapi tetap saja belum sempurna.

Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan shalat. Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama, ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu dan saudari-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka.

Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke ad-dir (Istilah untuk gereja yang terpencil di pedalaman. – pent.) disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.

Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu ad-dir ke ad-dir yang lain, saya membaca dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang tidak bisa meninggalkan ad-dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu ad-dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.

Setelah itu, saya memutuskan untuk berkeliling ke pelbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat berkesan, sehingga saya mencintainya.

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah, keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka menfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali , serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.

Semua diskusi tesebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.

Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju ke dalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang terbuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.

Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku. Alhamdulillah.

Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke ad-dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah ad-dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk memberikan kalimat dan janji. Pada malam itu, saya berfikir panjang, dan keesokan harinya saya memutuskan untuk tidak memberikan janji kepada mereka lalu kutinggalkan ad-dir tersebut.

Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari ad-dir, setelah itu saya menuju al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman, dan al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.

Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhedQ7IylNSY66amspRTILg1eXNmgzQ-JubIm2hf0eezbqem6zqGKiplIBdhZ3SkZL1G3WfrldDA3YDLBkv6R-39qOG9JjxD8T1HfDpfD2ylSTXXMSjDI6Y5g0LU1imVcMplnJm600G-6I/s1600/islam.jpg

Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah kukumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.

Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.

Kemudian saya putuskan untuk kembali ke al-Quds, karena saya yakin bahwa al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan al-Qur’an, Injil dan Taurat. Kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘alaihimassalaam yang asli.

Selanjutnya saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang dari teman-temannya para da’i.

Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sabahat yang mulia, Salman al-Farisi radhiyahllahu’anhu, karena di dalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.

Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya fadhilatusy Syaikh Hisyam al-‘Arif –hafidhohulloh-, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.

Setelah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaanku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.

Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan :
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya

Maka serta merta saudara Amjad memelukku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas keislamanku, kemudian kami sujud syukur sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi ([1] Sebagaimana hadits Qoish bin ‘Ashim, Ketika beliau masuk Islam, Rasulullah memerintahkannya untuk mandi dengan air yang dicampur bidara. (HR. An-Nasai, at-Turmudzi dan Abu Daud. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa’ (128).)) dan berangkat ke al-Masjid al-Aqsho untuk menunaikan shalat dhuhur,

Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jamaah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bapaknya para nabi, yaitu Ibrahim q yang melakukan khitan pada usia 80 tahun (Sebagaimana Rasulullah n bersabda : Ibrahim berkhitan ketika umur 80 tahun dengan “al-Qoduum” (nama alat atau tempat).( HR. Al-Bukhori (3356) dan Muslim (2370).)).

Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’aala dan sunnah Rasulullah n sesuai dengan manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat g beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan as-Sunnah.
Oleh : Syaikh Amjad bin Imron Salhub

Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc. dari majalah ad-Da’wah as-Salafiyah-Palestina edisi perdana, Muharram 1427 H halaman: 21-24.



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Dulu Aku Adalah Seorang Atheis….






image

Gregor Shepherd seorang Australia. Sejak kecil, belum genap sepuluh tahun, ia sudah tak mempercayai keberadaan Tuhan. Kunjungannya ke Cina mengawali persahabatannya dengan orang Siria. Lama-lama ia begitu tertarik dengan hal-hal yang berbau Arab. Inilah kisahnya menemukan Islam.

Keingintahuanku terhadap hal-hal yang berbau Arab membuatku mencari buku-buku tentang bahasa Arab. Lalu, pergilah aku ke Perpustakaan Daerah Victoria untuk mencarinya. Aku menemukan sebuah buku tua yang ada surah Al Fatihah pada halaman depannya dengan transliterasi dan terjemahan. Setelah membaca terjemahnya, aku begitu terkesan dengan doa ini dan akupun menyalin seluruhnya ke dalam bukuku, bahasa Arab dan seluruhnya!

Keingintahuanku juga membuatku pergi ke perpustakaan kampus dimana aku cari sebuah cetakan Qur’an. Aku tak berharap dapat menemukannya, tapi ternyata sebuah rak penuh dengan sekitan limapuluhan cetakan Alqur’an dengan beberapa penerjemah. Aku mengambil satu yang ada foto-foto masjid seluruh dunianya. Terjemah sebagian Alqur’an itu dikerjakan oleh N.J. Dawud, seorang Yahudi Irak, yang mengambil beberapa surah sehingga mudah untuk dibaca, walaupun beberapa teks hilang karena cetakan yang jelek. Selanjutnya, aku tak bisa menaruh buku itu.

Aku membacanya sebelum tidur, dan segera setelah bangun tidur. Kubaca juga di kereta menuju kampus dan dalam perjalanan pulang, bahkan di dalam kelas kalau aku lagi bosan sama dosennya. Aku ingat bahkan aku memawanya ke rumah termanku ketika aku menginap di sana.

Hal yang paling menarik yang kudapat dari Al Qur’an adalah tentang hidup sesudah mati tertama neraka. Aku ingat ketika aku membaca terjemah itu, aku katakan kepada diriku bahwa aku telah menjadi seorang muslim.

Jadi, aku telah percaya kepada Muhammad dan sekarang aku percaya kepada Al Qur’an, langkah selanjutnya adalah tentang Tuhan.

Aku sedang berjalan dengan orangtuaku ke sebuah took pada suatu sore dan aku bertanya kepada mereka, apakah percaya kepada Tuhan itu merupakan suatu ketololan. Mereka menjawab, tidak juga, kami percaya. Ini membuatku merasa aman, tapi juga merupakan sebuah tantangan dalam seluruh hidupku dan aku saat ini sedang berjuang dengan kepercayaan baru dari luar. Aku pikir percaya kepada Tuhan itu baik tapi haruskah aku memeluk Islam untuk percaya kepada Tuhan?

Kemudian aku putuskan untuk membaca Bible. Bible tak mempunyai kekuatan seperti Al Qur’an. Sehingga ku minta ibuku untuk membawaku ke misa Gereja Latin. Terdapat banyak ritual dan formalitas dalam misa Latin dan aku begitu terhanyut. Aku tak paham sesuatu pun tapi aku merasa dekat dengan Tuhan dan beberapa orang benar-benar ingin menyembah-Nya.

Gereja itu adalah katedral di kota yang begitu mengagumkan. Aku ingat mengunjungi katedral itu dengan pacarku dan menahan tangis. Namun ketertarikan itu cepat pergi sebagaimana cepat datang karena ini belum juga merupakan sesuatu yang benar. Masih ada sesuatu yang hilang.

Aku telah banyak belajar tentang Islam, Arab, Muhammad. Aku rasa aku harus bertanya kepada muslim banyak pertanyaan tentang Islam, namun aku tak tahu kepada siapa dan di kotaku tak pernah kutau ada masjid. Bagaimana pun juga, ada gadis muslim dari Afrika Selatan di salah satu kelasku yang mengenakan hijab. Aku tahu aku bisa bertanya kepadanya tapi aku terlalu malu. Aku merasa orang-orang adalah seperti aku, dan dia akan tersinggung untuk berdiskusi tentang agamanya.

Suatu tugas kelas harus dikerjakan dalam sebuah kelompok, dan Allah subhanahu wata’ala memasangkan gadis itu sebagai mitraku untuk tugas tersebut. Setelah tugas itu selesai, kudekati dia suatu hari di kantin sekolah dan dengan malu serta hati-hati kutanya dia apakah ia keberatan menjawab beberapa pertanyaanku tentang Islam. Jawabnya mengagetkanku, “Tentu tidak! Apa saja yang ingin engkau ketahui?”

Aku dikenalkan kepada dua wanita di kampus, satu Australia dan satu lagi dari Turki, yang juga membantuku. Perkumpulan Islam di kampus suatu kali memutar film The Message, tapi sayang badai membuat listrik mati sehingga aku tak bisa menyelesaikannya. Aku begitu terkesan dengan adegan ketika Sahabat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam ke Mekkah untuk mendeklarasikan syahadat mereka. Aku bermimpi hari berikutnya dan ketika aku bangun aku mengucapkan la ilaha illallah muhammadar rasulullah di bibirku, seperti mereka, para sahabat. Aku menelpon gadis Afrika Selatan itu dan bercerita kepadanya. Ia mengenalkanku kepada ayah dan saudaranya, mereka banyak membantu. Saudara iparnya adalah anak seorang imam terkemuka di Melbourne dan mereka mengundangku ke sebuah pertemuan pemuda di kota itu setelah ujian akhir tahun. Aku tak sabar menunggunya dan aku berjanji untuk datang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzKQVDmwbbdA5M5677gCvftcoYA1jdEw0UQfmnGENT-ev1GmsY3lc8LCq03KAoTIaZl3tnaEP7Lx-GdKT2S0TBNHjhcI_W6hSbECYMVX54i84l4tNzeEfdbt22xZeYtGOffBbr31eBewk/s1600/landscapenatureperspectiveseasunset-ec0dbcd8a2068535fb0fef1f92470f8b_h.jpg

Ketika kulihat pertama kali orang shalat dan aku membandingkannya dengan gereja, kemudian aku tahu, shalat adalah cara yang benar untuk menyembah Tuhan. Azan hari Jum’at juga mempunyai pengaruh besar dalam diriku.

Sebuah buku dibacakan kepada mereka pada pertemuan itu. Aku tak ingat judul ataupun pengarangnya, tapi aku tahu inilah pembacaan buku yang membuatku percaya kepada Tuhan setelah perjuangan sekian lama. Pesan buku itu kira-kira begini, “…bagi orang kafir tiada penjagaan cinta, penolong yang melindungi dan menyokongnya, menolongnya selama hidupnya..” Saat itu aku merasa tubuku pecah menjadi atom-atom dan berhamburan di seluruh alam semesta. Aku ingat aku benar-benar merasa sendiri dan kosong bahkan aku merasa kepalaku terangkat dari keputusasaan.

Sang pembaca terus membaca dan aku dengar dia, “… namun bagi orang beriman, terdapat penjagaan, cinta, penolong , yang menolongnya dan menyokongnya, menolongnya tiap kejadian..” Inilah waktu aku merasa seluruh atom dari tubuhku datang kembali bersamaan dari seluruh sudut alam semesta dan menjadi satu lagi. Aku diyakinkan bahwa Allah subhanahu wata’ala benar-benar ada! Aku tahu aku telah menerima Islam.

Teman-teman baru muslimku di perkumpulan pemuda itu merencanakan acara menyambut masukya aku ke Islam pada Jum’at depan, tapi itu tak pernah terjadi. Karena ayahku harus pindah tugas Angkatan Udara ke Brisbane, pesta perpisahan untuknya diadakan dan acaraku tak bisa diadakan. Aku juga ingin pindah bersama ortuku dan mulai hidup baru sebagai seorang muslim menghindari pertanyaan-pertanyaan sulit dari teman-temanku. Kami pindah ke Brisbane pecan berikutnya.

Sekarang di Brisbane aku tak punya teman, hanya terjemah Al Qur’an yang telah kubaca tiga kali dan sebuah buku pedoman kecil tentang Islam. Kami menghabiskan beberapa pekan tinggal di sebuah rumah baru di sekitar Masjid Holland Park. Di Brisbane hanya ada empat masjid dan semuanya terletak  berjauhan. Aku menghabiskan kebanyakan waktuku untuk belajar Islam dan belajar shalat. Kami berlibur natal dua pekan ke pantai

Aku bosan luar biasa serta putus asa untuk berbicara tentang kepercayaan baruku, sehingga aku memutuskan untuk pergi ke masjid bertemu beberapa muslim. Aku berjalan duapulu menit ke masjid tapi setan berkata kepadaku untuk melupakannya, dan akupun pulang.

Dorongan untuk ke masjid membuatku memasukinnya pada hari berikutnya, tapi sayang, tidak ada seorangpun di sana pada jam 3 sore itu. Ketika aku akan pergi, seorang muslim Libanon bertanya, Apakah yang bisa ia Bantu. Akupun berkata bahwa aku ingin bercakap-cakap tentang Islam. Ia memintaku untuk mengikuti dirinya dan ia mengajakku ke sebuah jalan di perkampungan sekitar masjid tempat 6 pria muda muslim tinggal. Aku diperkenalkan kepada seorang muslim Australia dan harapanku menjadi kenyataan,, ada orang yang bisa ku ajak bicara tentang Islam. Aku tak begitu paham yang ia katakana, tapi aku tahu itu benar dan penting. Aku memeluk Islam di depan imam masjid hari berikutnya, 21 januari 1992, dan kupakai nama Abdul Azhim, hamba Allah yang maha Agung.

Sejak memeluk Islam, aku telah hidup di Pakistan setahun, aku menikah di sana, dan alhamdulillah kini aku mempunyai dua anak, Aftab dan Muhammad.




Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Ini Dia Robot Buatan Kesultanan Turki Utsmani Sebagai Hadiah Kepada Pangeran Jepang

 Selama ini kita mengenal negara maju seperti Jepang yang pandai membuat robot. Robot yang dapat membantu pekerjaan sehari-hari hingga robot yang berbentuk manusia dapat dibuat Jepang.
Tapi tahukah Anda ? Ternyata Jepang pernah mendapat hadiah robot dari negara lain.
Tepatnya pada tahun 1889, Sultan Abdulhamid II mengirimkan sebuah hadiah berupa robot pada Pangeran Jepang pada saat itu (Komatsu).


Dikutip dari Sultan of Projects Abdulhamid HanOttoman Sultanate melansir bahwa robot tersebut dibuat oleh seorang pembuat jam bernama Musa Dede atas permintaan Sultan Abdulhamid II.
Setiap jam robot tersebut akan membuka tangannya lalu melangkah setengah meter kemudian mengumandangkan Azan.
Setelah Azan selesai dikumandangkan, robot tersebut akan kembali ke posisi semula.
Robot bernama Alamet tersebut memiliki tinggi seukuran manusia. Terdapat emas dan perak pada bagian tubuhnya. Lalu, apakah robot tersebut yang kemudian menginspirasi para insinyur Jepang untuk membuat robot ? Wallahu a’lam. [islamedia/abe]

Kategori

Kategori