oleh: Wiji Hartono
(Pemerhati Sejarah, Alumni Prodi Sejarah FIB-UI)
Sebutan Timur Tengah berasal dari sudut pandang Eropa Barat yang membagi wilayah timur menjadi 3 kawasan, yaitu Timur Dekat (Near East), Timur Tengah (Middle East), dan Timur Jauh (Far East).
Sejak abad ke-19 terdapat beberapa versi mengenai batas kawasan Timur Tengah. Namun saat ini, sebutan Timur Tengah umumnya meliputi wilayah 16 negara di Asia Barat, dan ditambah Mesir.
Berikut ini asal usul nama-nama negara di Timur Tengah:
Bahrain
Dalam Bahasa Arab, Bahrain berarti “dua laut.” Istilah tersebut awalnya digunakan untuk seluruh kawasan timur Semenanjung Arab yang menghadap ke dua laut, yaitu Teluk Persia dan Teluk Oman (bagian dari Laut Arab).
Negara Bahrain sendiri merupakan negara kepulauan kecil yang terletak di Teluk Persia. Karena berada di kawasan timur Semenanjung Arab, kepulauan tersebut kemudian dinamakan Bahrain.
Kerajaan Bahrain mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 15 Agustus 1971.
Cyprus
Republik Cyprus adalah negara pulau yang terletak di wilayah timur Laut Mediterania, sebelah barat Suriah dan Lebanon, serta di selatan Turki. Republik Cyprus mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 16 Agustus 1960.
Nama Cyprus sudah ditemukan dalam catatan bangsa Mycenae pada abad ke-15 SM, yaitu ku-pi-ri-jo. Terdapat beberapa versi mengenai asal nama Cyprus. Namun Georges Dossin berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari kata Sumeria, yaitu Zubar yang berarti tembaga, atau Kubar yang berarti perunggu. Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah.
Dalam Bahasa Latin, tembaga disebut Cuprum, dan berasal dari ungkapan aes Cyprium, yaitu “logam dari Cyprus.” Sejak zaman dahulu, pulau Cyprus sudah dikenal sebagai salah satu penghasil tembaga untuk kawasan Mediterania dan Asia Barat.
Mesir
Pengguna Bahasa Inggris menyebut Mesir dengan nama Egypt. Nama tersebut berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu Aígyptos (a-ku-pi-ti-yo). Kata tersebut diserap dalam Bahasa Arab menjadi Qubṭī (Koptik).
Kata Aígyptos sendiri diserap bangsa Yunani dari kata Mesir Kuno, yaitu Hikuptah (ḥwt-kȝ-ptḥ) yang berarti “rumah dari jiwa dewa Ptah.” Kata Hikuptah merujuk pada kuil Ptah (dewa pencipta) di kota Memphis, Mesir Kuno.
Sedangkan kata Mesir berasal dari Al Qur’an (QS. Yusuf: 21), dan merupakan kata yang berasal dari rumpun Bahasa Semit. Catatan tertua yang menyebut kata Mesir adalah lempeng tanah liat bangsa Akkadia (penutur pertama Bahasa Semit).
Kata mi-iṣ-ru dalam Bahasa Akkadia berarti “perbatasan.” Kerajaan Akkadia berpusat di Mesopotamia, sekitar abad ke-23 SM, dimana Mesir menjadi salah satu wilayah perbatasannya.
Iran
Catatan tertua yang menyebut nama Iran berasal dari prasasti di reruntuhan kota kuno Naqsh-e Rustam. Prasasti tersebut mencatat penobatan raja Sasanid pertama, yaitu Ardashir I (180 – 242 M). Dalam catatan yang menggunakan Bahasa Persia Pertengahan, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh ērān. Sedangkan dalam catatan yang menggunakan Bahasa Parthia, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh aryān. Kedua sebutan tersebut berarti “raja di atas segala raja bangsa Iran.”
Kata ērān maupun aryān berasal dari Bahasa Proto-Iranian yang berarti bangsa Arya. Arya berarti “bangsawan,” dan digunakan bangsa Indo-Iranian untuk menyebut diri mereka sendiri. Sebutan tersebut dapat ditemukan dalam naskah Weda (agama Hindu) dan Avesta (agama Zoroaster).
Sedangkan kata Persia merupakan sebutan orang Yunani untuk bangsa Iran, yaitu Persis. Kata Persis sendiri berasal dari Bahasa Assyria, yaitu Parsa. Kerajaan Assyria berpusat di Mesopotamia. Prasasti Assyria dari abad ke-9 SM menyebut Parsa sebagai perbatasan di tenggara Assyria (saat ini provinsi Fars, Iran). Parsa adalah wilayah kekuasaan awal bangsa Iran.
Irak
Kata Irak berasal dari nama kota Sumeria, yaitu Uruk (berdiri sekitar 4000 tahun SM) yang berada di selatan Mesopotamia. Bangsa Arab kemudian menyebut wilayah selatan Mesopotamia sebagai al-ʿIrāq.
Sebelum Perang Dunia I, Kekhalifahan Turki Utsmani membagi Irak menjadi 3 provinsi, yaitu Vilayet Mosul, Vilayet Baghdad, dan Vilayet Basra. Pada Perang Dunia I, Inggris merebut Irak dengan bantuan bangsa Arab. Sebelumnya, Inggris berjanji membantu berdirinya negara Arab merdeka, dengan wilayah yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran (termasuk wilayah Irak) jika bangsa Arab membantu untuk mengalahkan Utsmani.
Namun setelah Perang Dunia I, Inggris tidak menunjukkan tanda untuk menjadikan Irak sebagai negara merdeka. Sehingga orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920. Inggris kemudian mendirikan Kerajaan Irak (al-Mamlakah al-‘Irāqiyyah) pada 1921, dengan Faisal I (dari Bani Hasyim) sebagai raja pertamanya.
Pada 1932, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kerajaan Irak. Pada 1958 terjadi kudeta militer yang mengganti Kerajaan Irak menjadi Republik Irak.
Israel
Nama negara Israel berasal dari nama Kerajaan Israel yang berdiri sekitar 1050 – 930 SM. Kerajaan tersebut dinamakan Israel karena merujuk pada gelar leluhur mereka, yaitu nabi Yakub (Jacob). Terdapat beberapa versi mengenai sebab nabi Yakub diberi gelar Israel. Namun dalam Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf disebutkan bahwa Israel berarti “kekasih Allah” atau “hamba Allah.”
Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi, Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin. Dua belas anak tersebut kemudian berkembang menjadi dua belas suku Israel.
Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaan di masa kepemimpinan nabi Daud dan Sulaiman, keduanya berasal dari suku Judah (Yahuda). Setelah wafatnya Sulaiman, Kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman.
Sepuluh suku tersebut kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Yahudi (Judah).
Sehingga sebutan Israel, pada awalnya, berlaku bagi semua keturunan nabi Yakub. Sedangkan sebutan Yahudi berlaku bagi keturunan Yahuda, salah satu putra Yakub.
Yordania
Nama Yordania berasal dari sungai Yordan yang mengalir di bagian barat negara tersebut. Kata Yordan sendiri berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu Yarad yang berarti “turun, menuju ke bawah.” Bangsa Arab menyebut sungai tersebut sebagai Nahr al-Urdun.
Kerajaan Hasyimi Yordania (Al-Mamlakah Al-Urdunnīyah Al-Hāshimīyah) bermula dari pemberontakan bangsa Arab (1916 – 1918) terhadap Turki Utsmani. Pemberontakan tersebut disulut oleh Inggris yang membutuhkan bantuan bangsa Arab dalam Perang Dunia I.
Inggris berhasil membujuk pemimpin Utsmani di Mekah, Syarif Hussein bin Ali al-Hasyimi (orang Arab yang masih keturunan nabi Muhammad), untuk memimpin pemberontakan terhadap Utsmani. Dalam surat menyurat antara Syarif Hussein dengan Sir Henry McMahon, Inggris berjanji akan memberikan wilayah Utsmani yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran.
Namun Inggris dan Perancis mengkhianati Syarif Hussein. Perancis mengambil alih Suriah dan Lebanon, sementara Inggris menguasai Palestina, Yordania, dan Irak. Syarif Hussein hanya berkuasa di Hejaz. Setelah orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920, Inggris kemudian memberikan kekuasaan kepada putra-putra Syarif Hussein, yaitu Abdullah dan Faisal.
Faisal I bin al-Hussein menjadi raja Irak pada 1921. Sedangkan Abdullah I bin al-Hussein menjadi raja Yordania pada 1921. Kerajaan Yordania memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 25 Mei 1946.
Kuwait
Nama Kuwait berasal dari nama ibukota negara tersebut, yaitu Madinat al-Kuwait. Kata Kuwait sendiri berasal dari kata Kut, yang biasa digunakan di selatan Irak dan timur semenanjung Arab untuk menyebut bangunan berbentuk benteng yang dikelilingi pemukiman.
Kota Kuwait bermula dari desa nelayan yang dibangun Bani Khalid pada sekitar 1613. Karena letaknya yang strategis, Kuwait menjadi rebutan berbagai kekuasaan, termasuk Utsmani dan Inggris. Pada 1899, Kuwait menjadi wilayah protektorat Inggris.
Protektorat adalah negara atau wilayah yang dikontrol, bukan dimiliki, oleh negara lain yang lebih kuat. Sebuah protektorat biasanya berstatus otonomi dan berwenang mengurus masalah dalam negeri. Status protektorat Inggris di Kuwait berakhir pada 19 Juni 1961.
Lebanon
Nama Lebanon berasal dari nama gunung Lebanon yang berada di utara negara tersebut. Kata Lebanon sendiri berasal dari Bahasa Semit, yaitu bentukan akar kata l-b-n yang berarti “putih.” Nama tersebut diberikan karena warna putih dari salju yang menutupi puncak gunung Lebanon.
Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Lebanon kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 22 November 1943. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Lebanon pada Desember 1946.
Oman
Oman adalah kata kuno yang sudah muncul di peta-peta zaman dahulu. Terdapat beberapa pendapat mengenai asal nama Oman. Pendapat yang umum digunakan adalah Oman berasal dari nama pendiri tempat tersebut, yaitu Oman bin Qahthan. Keturunan Qahtan dianggap sebagai orang Arab asli (Arab al-‘Aaribah), dan berasal dari wilayah selatan semenanjung Arab.
Istilah Arab al-‘Aaribah digunakan untuk membedakan dengan Arab al-Musta’ribah (orang Arab hasil arabisasi), yaitu orang Arab yang berasal dari keturunan nabi Ismail. Nabi Ismail bukanlah orang Arab, ayahnya (Ibrahim) berasal dari Ur (selatan Mesopotamia), ibunya (Hajar) berasal dari Mesir. Nabi Ismail kemudian menikah dengan perempuan suku Jurhum (Arab al-‘Aaribah).
Sejak abad ke-8 M, kelompok Khawarij Ibadiyah berkuasa di Oman. Beberapa kekuatan sempat berkuasa di Oman, seperti Seljuk, Portugis, Utsmani, dan Inggris. Namun kelompok Ibadi kembali berkuasa di Oman. Saat ini Oman dipimpin Sultan Qābūs bin Saʿīd, seorang Ibadi dari Dinasti Al Said.
Palestina
Catatan tertua yang menyebut nama Palestina adalah prasasti di kuil Medinet Habu, Mesir. Prasasti tersebut menyebut Peleset sebagai salah satu Orang-Orang Laut yang menyerang Mesir di masa Ramses III (sekitar 1217 – 1155 SM), Dinasti Kedua Puluh Mesir Kuno.
Orang-Orang Laut adalah sebutan bagi suku-suku yang menyerang Mesir dari laut, sekitar abad ke-13 – 12 SM. Mereka diduga berasal dari pesisir Asia Barat atau Eropa Selatan. Di antara Orang-Orang Laut tersebut adalah suku Peleset, Denyen, Shardana, Meshwesh, dan Tjekker.
Suku Peleset berasal dari wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan (saat ini masuk wilayah negara Palestina). Dalam Alkitab, Kitab Kejadian 10 : 19, wilayah tersebut awalnya dihuni oleh keturunan Kanaan bin Ham bin Nuh.
Tidak diketahui arti kata Peleset. Kemungkinan kata tersebut adalah sebutan dari orang-orang Peleset untuk diri mereka sendiri. Ketika bangsa Israel hijrah dari Mesir ke tanah Kanaan (Kitab Keluaran 6 : 4), mereka juga menggunakan sebutan orang Mesir untuk wilayah tersebut, yaitu Peleshet (Kitab Keluaran 13 : 17). Kata tersebut kemudian diserap orang Yunani menjadi Palaistinê.
Qatar
Catatan tertua yang menyebut Qatar berasal dari penulis Romawi, Pliny (23 – 79 M), yang menyebut penghuni wilayah tersebut sebagai Catharrei. Kata Qatar sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu Qathran yang berarti “tar” (minyak mentah yang merembes ke permukaan bumi dan membentuk danau aspal).
Sebelum Perang Dunia I, Qatar berada di bawah kekuasaan Utsmani. Saat Perang Dunia I, orang Arab Qatar turut membantu Inggris mengalahkan Utsmani. Qatar kemudian menjadi wilayah protektorat Inggris. Pada 1 September 1971, Qatar mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris.
Saudi Arabia
Nama Saudi pada Kerajaan Arab Saudi (al-Mamlakah al-ʻArabīyah as-Suʻūdīyah), berasal dari nama keluarga penguasanya, yaitu Keluarga Saud.
Sedangkan kata Arab, akar kata tersebut dalam rumpun Bahasa Semit memiliki arti “gurun pasir” atau “nomad (pengembara).” Dalam Al Qur’an, surat At Taubah: 97, kata ʾaʿrāb merujuk pada orang Arab Badui.
Catatan tertua yang menyebut kata Arab adalah prasasti Kurkh dari Kerajaan Assyria. Prasasti tersebut menceritakan raja Assyria (Shalmaneser III) yang berhasil mengalahkan persekutuan 12 raja dalam Pertempuran Qarqar (853 SM). Salah satu anggota persekutuan 12 raja tersebut adalah Gindibu dari mâtu arbâi (tanah Arab) yang memimpin 1000 pasukan penunggang unta.
Suriah
Nama Suriah berasal dari nama bangsa Assyria. Nama Assyria sendiri berasal dari nama ibukotanya, yaitu Assur. Sedangkan nama Assur berasal dari nama kepala dewa-dewa Assyria, yaitu Ashur. Kerajaan Assyria awalnya berpusat di Mesopotamia Utara. Bangsa Assyria mulai berkuasa sekitar abad ke-21 SM setelah Kerajaan Akkadia mengalami kemunduran. Wilayah Suriah saat ini, dahulu termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Assyria.
Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Orang Arab Suriah beberapa kali mengadakan pemberontakan terhadap Perancis. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Suriah kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 24 Oktober 1945. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Suriah pada April 1946.
Turki
Catatan tertua yang menyebut kata Turki sebagai bangsa, terdapat dalam surat dari Ishbara Qaghan (pemimpin suku Göktürks) untuk Kaisar Wen (dari Dinasti Sui di Tiongkok) pada abad ke-6 M. Dalam surat tersebut, Ishbara Qaghan menyebut dirinya sebagai Khan Turki Raya.
Catatan Tiongkok sudah menyebut kata tu-jue atau tu-kin untuk menyebut bangsa yang tinggal di Pegunungan Altay, Asia Tengah, sekitar abad ke-2 SM. Akar kata Turk sendiri dalam Bahasa Turki berarti “kekuatan.”
Uni Emirat Arab
Negara tersebut bernama Uni Emirat Arab karena merupakan gabungan dari 7 kerajaan (emirat) kecil, yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Quwain. Ibukota Uni Emirat Arab adalah Abu Dhabi.
Utsmani dan Portugis sempat berkuasa di wilayah Uni Emirat Arab. Pada abad ke-19, Inggris melakukan serangkaian perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, sehingga menjadikan mereka secara informal sebagai protektorat Inggris.
Setelah Perang Dunia II, kekuatan Inggris semakin menurun. Memasuki 1960-an, Inggris sudah tak mampu lagi menyediakan sumber daya untuk melindungi wilayah tersebut. Inggris kemudian mengumumkan akan menarik mundur pasukannya dari wilayah tersebut. Pada 1971, pemimpin Abu Dhabi dan Dubai mengajak kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut untuk membentuk persatuan. Kerajaan terakhir yang bergabung dalam persatuan tersebut adalah Ras Al Khaimah pada 1972.
Yaman
Dalam prasasti di selatan semenanjung Arab, wilayah Yaman disebut Yamnat. Sebutan Yaman awalnya meliputi ‘Asir di barat daya Arab Saudi sampai Dhofar di selatan Oman (lebih luas dari negara Yaman saat ini).
Kata Yaman dalam Bahasa Arab berarti “kanan.” Kata tersebut juga bisa berarti “kebaikan.” Sedangkan akar kata Yumn berarti “kebahagiaan.” Wilayah selatan semenanjung Arab yang subur, membuat bangsa Romawi menyebutnya Arabia Felix (Arab yang bahagia). Hal ini untuk membedakan dengan wilayah tengah semenanjung Arab yang disebut Arabia Deserta (Arab yang bergurun).
Zaidiyah, Utsmani, dan Inggris pernah berkuasa di wilayah yang saat ini menjadi negara Yaman. Pada abad ke-19, wilayah Aden (Yaman Selatan) dikuasai Inggris. Sementara kelompok Zaidiyah kembali mendirikan kerajaan di Sana’a (Yaman Utara) setelah kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I.
Pada 1962, terjadi pemberontakan militer di Yaman Utara. Dengan didukung Mesir, pemberontak berhasil menguasai Yaman Utara dan membentuk Republik Arab Yaman. Pemberontakan tersebut menginspirasi orang-orang Arab Selatan untuk memberontak terhadap Inggris pada 1963. Pada 1967, Inggris menarik mundur pasukannya, dan Yaman Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya. Pada 1990, Yaman Utara dan Yaman Selatan sepakat untuk membentuk negara bersatu.
———————————————
Sumber: Ensiklopedia online Britannica, Wikipedia, dan Kamus Etimologi Online (etymonline.com)
EmoticonEmoticon