Showing posts with label Nasihat. Show all posts
Showing posts with label Nasihat. Show all posts

Pelaku Zina, Siap-siap Dapatkan 4 Siksa Mengerikan Ini


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbIpfjl-YF9CVxQonSO-K236cZoTmXPjBdIhE0FvJi0XAKhKjhul2vSlNH4G2-BqZNtLjoX0k6aNTq90k77WtV-EGIu-1UxJTgY4zJygmFfkolIrdUqWyl_wIg0IVLuUGgYnodWgJJVR0/s1600/Inilah+Azab+Bagi+Kaum+Wanita+Di+Neraka.jpg

KITA tahu bahwa perbuatan zina itu adalah dosa besar. Tetapi, pengetahuan itu seakan tidak digubris. Kini, marak para pelaku zina. Bahkan, bukan lagi di tempat khusus, yang dilakukan oleh orang yang memang bekerja sebagai pelacur. Para remaja pun banyak yang melakukannya.

Kita tahu kan, bahwa siapa saja yang berbuat dosa, maka ia akan mendapatkan balasannya? Begitu pula dengan perbuatan zina. Sedikitnya, pezina akan memperoleh empat siksaan. Apa sajakah itu?

Dikatakan bahwa siksaan bagi pezina di antaranya,

1. Tidak Akan Diajak Bicara Oleh Allah Saat Hari Kiamat

Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiga orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak akan dilihat serta disucikan, pun bagi mereka adzab yang pedih; seorang tua yang berzina, raja yang pendusta, dan orang miskin yang congkak,” (Diriwayatkan Muslim, An-Nasa’i, dan Ibnu Mandah dari Abu Hurairah).

2. Kekal dalam Neraka

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Apakah dosa yang paling besar di sisi Allah Ta’ala?’ Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dialah yang menciptakanmu.’ Sungguh itu sangatlah besar. ‘Lalu apa lagi?’ tanyaku kembali. Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu membunuh anakmu karena takut kelak ia makan bersamamu.’ ‘Lalu apa lagi,’ tanyaku lagi. Beliau menjawab, ‘Yaitu kamu berzina dengan kekasih (maksudnya istri) tetanggamu.’

Maka Allah Ta’ala menurunkan pembenaran dari sabda beliau dengan firman-Nya, ‘Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu dalam keadaan terhina, kecuali siapa saja yang bertaubat’,” (Al-Furgan: 68-70) [Diriwayatkan Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dengan lafal ini. Dan diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Ahmad, tanpa menyebut ayat ini].

Lihatlah, dari riwayat hadis di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Allah Ta’ala telah menyertakan penyebutan perbuatan zina dengan istri tetangga masuk dalam dosa besar selain menyekutukan Allah dan membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang dibenarkan syara’.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK4mS3d-NSKIVoXaUl0JuwWcjvMaoGFUQaFtabjMVE81_jRnlcOCpBNGMdjjJL3EjO35bREGKLxPG5iav-8J_eIxgGZLy_1aqtlc-HzflvctehBvRCbc7Ihj0UBqxQBusxz7N4hzeWGHCo/s1600/www.berimanblo.blogspot.com,,azab%2Bbagi%2Bpemakan%2Bharta%2Baanak%2Byatim.jpg

3. Dijilat Api Neraka

 lmam Bukhari meriwayatkan hadis tidur Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub. Dalam hadis itu disebutkan bahwa beliau ﷺ didatangi oleh malaikat Jibril dan Mikail. Beliau berkisah, “Kami berangkat pergi sehingga sampai di suatu tempat semisal ‘tannur’ bagian atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya luas. Dari situ terdengar suara gaduh dan ribut-ribut. Kami menengoknya, ternyata di situ banyak laki-laki dan perempuan telanjang. Jika mereka dijilat api yang ada di bawahnya mereka melolong oleh panasnya yang dahsyat. Aku bertanya, ‘Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para pezina perempuan dan laki-laki. Itulah adzab bagi mereka sampai tibanya hari kiamat’,” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani, dan Ahmad, dalam hadist panjang dari Samurah).

Para ulama berkata, “Ini adalah hukuman bagi pezina perempuan dan laki-laki yang masih bujang, belum menikah di dunia. Jika sudah menikah walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukuman bagi keduanya adalah dirajam dengan bebatuan sampai mati. Demikian pula telah ternaskan dalam hadis dari Nabi bahwasanya jika hukuman qishash ini belum dilaksanakan bagi keduanya di dunia dan keduanya mati dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa zina itu, niscaya keduanya akan diadzab di neraka dengan cambuk api.”

Dalam kitab Zabur tertulis, “Sesungguhnya para pezina itu akan digantung pada kemaluan mereka di neraka dan akan disiksa dengan cambuk besi. Maka jika mereka melolong karena pedihnya cambukan, malaikat Zabaniyah berkata, ‘Ke mana suara ini ketika kamu tertawa-tawa, bersuka ria dan tidak merasa diawasi oleh Allah serta tidak malu kepada-Nya’.”

4. Ditempatkan di Pintu Neraka Paling Busuk Baunya

Tentang tafsir bahwa Jahannam itu ‘ia memiliki tujuh pintu‘ (Al-Hijr: 44), Atha’ berkata, “Pintu yang paling hebat panas dan sengatannya dan yang paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang berzina setelah mereka tahu keharamannya.”

Makhul ad-Dimasyqiy berkata, “Para penghuni neraka mencium bau busuk berkata, ‘Kami belum pernah mencium bau yang Iebih busuk dari bau ini.’ Dijelaskan kepada mereka, ‘ltulah bau kemaluan para pezina’.”

Ibnu Zaid, salah seorang imam dalam bidang tafsir berkata, “Sesungguhnya bau kemaluan para pezina itu benar-benar menyiksa para penghuni neraka.”

Begitu pedihnya siksaan yang akan diterima bagi para pezina. Maka, jika Anda sudah terjerumus pada perbuatan itu, sebelum terlambat, segeralah bertaubat. Taubatlah dengan sesungguh-sungguhnya taubat. Yakni menyesali dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Yakinlah, Allah itu Maha Penerima Taubat.


Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Benarkah Menikahi Janda Menjadi Sumber Rizki dan Berkah?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirOLPb_wDJhhyZJhBhYWWZQHnLgPZHZjxM870v4FlED-xmMxELchsyZUqwnvptGOwyHQv6VYtctqDEUV81eGgt7Pp45wYBr766BDc1BkltyNVeFASEtyJin7kBwtXtyLampCNWWqsQ8n0a/s1600/Wallpaper-bunga-sakura-23.jpg

TANYA: Benarkah menikahi janda itu berkah? Memudahkan mendapat rizki?

JAWAB: Kami kutip dari Konsultasisyariah.com, mengenai keberkahan menikahi wanita, berlaku baik menikahi janda maupun gadis. Dalam al-Quran, Allah menjanjikan kecukupan untuk mereka yang menikah,

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

“Kawinkanlah orang-orang yang masih lajang diantara kalian, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari budak-budak lelaki dan budak-budak perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya”. (QS. an-Nur: 32).

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ

“Ada 3 orang yang dijamin oleh Allah untuk membantunya: Mujahid fi sabilillah, orang yang menikah karena menjaga kehormatan dirinya, dan budak yang hendak menebus dirinya untuk merdeka.” (HR. Nasa’i no. 3133, Turmudzi no. 1756 dan dihasankan al-Albani).

Dan ini berlaku umum untuk semua pernikahan, baik menikahi gadis maupun janda. Sebagaimana dinyatakan oleh A’isyah radhiyallahu ‘anha,

تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ يَأتِينَكُم بِالأَمْوَالِ

“Nikahilah wanita, karena akan mendatangkan harta bagi kalian”. (HR. Hakim 2679 dan dinilai ad-Dzahabi sesuai syarat Bukhari dan Muslim).

Pahala Menafkahi Janda

Hanya saja, di sana ada keutamaan khusus bagi orang yang menafkahi janda.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السَّاعِى عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، أَوْ كَالَّذِى يَصُومُ النَّهَارَ وَيَقُومُ اللَّيْلَ

Orang yang berusaha memenuhi kebutuhan janda dan orang miskin, pahalanya seperti mujahid fi Sabilillah atau seperti orang yang rajin puasa di siang hari dan rajin tahajud di malam hari. (HR. Bukhari 6006 & Muslim 7659)

Pahala yang luar biasa, dan kesempatan bagi siapapun yang saat ini bercita-cita ingin mendapatkan pahala jihad. Semoga bisa dikumpulkan bersama para mujahidin.

Ibnu Batthal dalam syarh Shahih Bukhari mengatakan,

من عَجَز عن الجهاد في سبيل الله، وعن قيام الليل، وصيام النهار – فليعملْ بهذا الحديث، ولْيسعَ على الأرامل والمساكين؛ لِيُحشر يومَ القيامة في جملة المجاهدين في سبيل الله، دون أن يَخطو في ذلك خُطوة، أو يُنفق درهمًا، أو يلقى عدوًّا يرتاعُ بلقائه، أو ليحشر في زُمرة الصائمين والقائمين

Siapa yang tidak mampu berjihad di jalan Allah, tidak mampu rajin tahajud atau puasa di siang hari, hendaknya dia praktekkan hadis ini. Berusaha memenuhi kebutuhan hidup janda dan orang miskin, agar kelak di hari kiamat dikumpulkan bersama para mujahidin fi Sabilillah. Tanpa harus melangkah di medan jihad atau mengeluarkan biaya, atau berhadapan dengan musuh. Atau agar dikumpulkan bersama orang yang rajin puasa dan tahajud. (Syarh Shahih Bukhari – Ibnu Batthal)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTBhZP-awzdvemI8XTabGyM52DM0qIXvsaO1xdw0oWerPitFiZE8y6dGJ_i0FiAq8uQTO6rOeSVl2GFxGocAttoV5qUxDsQKKuAtEppiH8zDOCHxUAYyikdEwOJ3wA6kZ-xolslePkYksj/s1600/mawar-merah.jpg

Apa makna menafkahi janda?

Hadis di atas memotivasi untuk menafkahi janda, bukan menikahi janda. Meskipun bisa juga amal baik seorang lelaki ditunjukkan dalam bentuk menikahi janda. Dan jika janda ini dinikahi maka statusnya bukan lagi janda.

Akan tetapi hadis ini menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan janda. Terutama janda tua yang tidak memiliki keluarga yang bisa memenuhi kebutuhannya.

An-Nawawi mengatakan,

المراد بالساعي الكاسب لهما العامل لمؤنتهما

Yang dimaksud “berusaha memenuhi nafkah” artinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah janda. (Syarh Shahih Muslim, 18/112)

Allahu a’lam.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Inilah Hal yang Membuat Setan Menangis Luar Biasa


http://www.konsultasisyariah.com/wp-content/uploads/2015/08/nikah-dipaksa.jpg

SETAN adalah musuh yang nyata bagi kita. Secara terang-terangan ia menyatakan perang. Mereka sudah berjanji tidak akan membiarkan satu manusia pun luput dari godaannya. Ia akan terus berusaha membuat manusia terjerumus pada perbuatan maksiat yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh sebab itu, kita harus bisa mengalahkannya. Kita harus bisa melawan pengaruh setan dalam diri kita. Kita biarkan ia merasakan kegagalan dalam menggoda dan merayu kita. Biarkanlah ia merasakan duka akibat sirna harapannya dalam menjerumuskan manusia.

Tahukah Anda, bahwa setan akan merasakan tangis yang luar biasa? Ya, setan yang menggebu-gebu menggoyahkan keimanan manusia, menangis begitu saja ketika melihat seseorang yang masih tergolong muda sudah melangsungkan pernikahan. Sebab, target utamanya ialah membuat pemuda terjerumus pada zina. Sedang, jika pemuda itu memutuskan untuk menikah, maka mereka akan terhindar dari segala fitnah.

Jabir bin Abdullah mengutarakan, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Barangsiapa di antara remaja menikah dalam usia muda, maka menangislah setan. Dan dia mengeluh , ‘Aduh celaka aku, agamanya telah terpelihara dari godaanku’,” (HR. Ibnu Addi).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcEC8cwQxE9k-BsALSyqAUmm3GR7HdGPbfEv8bvTExBCxRPfVYWu2bbK-QfgSkogm6M6Ek5j9YWtsCwyWI4mK2Z_fBqJnnUzRIqlFqIZIzv5wjy7R2hEuopzbby3h5uiCnru4S9lziFNLl/s1600/contoh+kado+pernikahan.jpg

Hanya saja, menikah muda ini seringkali dianggap aneh. Kebanyakan orangtua masa kini, lebih menginginkan anaknya menyelesaikan terlebih dahulu karir atau pendidikannya. Padahal, ketika ia sudah menikah pun, karir atau pendidikan itu masih bisa tetap berjalan. Apalagi, setelah ada dukungan dari orang yang menyayangi dirinya hidup dan mati –pasangan hidupnya.

Kita haruslah ingat, bahwa Rasulullah ﷺ pun menganjurkan agar segera menikah. Ketika telah mampu secara materi dan nafsu sudah tak terbendung lagi, maka jangan tunda lagi menikah. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu, maka hendaknya menikah karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengekangnya,” (HR. Bukhari).

Jadi, sudahlah jelas, bahwa kita tidak boleh menunda waktu untuk menikah. Tetapi, jika memang belum memungkinkan, maka berpuasa adalah solusi terbaiknya. 

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kenapa Setelah Menikah Istri Menjadi Terlihat Kalah Cantik Dibanding Wanita Lain?



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpovBcg8UgDcb2IOnsRV8HTFaaQib6XEKAu-fsUtPRLKNwKiMXXtEj1H6Mm9TefmlV6hua5Mg5byYqZRMTEmxCYzgSEZcm17zVcraRgLiI9kGruU3Am6YNJjDrA6d62q9aE4HeKD5_4eg/s1600/bertemu+jodoh.jpg

SEORANG suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang syekh.

Dia berkata: “Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik daripadanya di dunia ini.

“Ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan seperti dia. Ketika aku sudah menikahinya, aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik daripada dirinya.

“Ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis daripada istriku.”

Syekh berkata: “Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat daripada itu dan lebih pahit?”

Laki-laki penanya: “Iya, mau.”

Syekh: “Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu daripada mereka semua.”

Laki-laki penanya itu tersenyum masam, lalu ia berujar: “Kenapa tuan Syekh berkata demikian?”

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilZqTXPpbYRAP9HRL-fc7b6A-dxlvpnVJJsZXQigy3nxgw22bz8ObZeIpdT6woKjs4Gwp0Tl_Q_G9RhWDKgvhGTMQCUO69gCe6pNi8QN0Ko-81CbbdD794R88KEPtnL-HuTbkl8Z2_L4pP/s1600/%231-wanita-surga.jpg

Syekh: “Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan.

‘Rasulullah bersabda: ‘Andaikan anak Adam itu memiliki lembah penuh berisi emas pasti ia akan menginkan lembah kedua, dan tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa yang mau bertaubat.’

“Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah.

“Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan kecantikan istrimu seperti pertama kali kamu mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?”

Laki-laki penanya: “Iya, mau sekali.”

Syekh: “Tundukan pandanganmu.”

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Belajarlah dari Ibnul Jauzi yang Menghabiskan Masa Mudanya Untuk Menuntut Ilmu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5kGOBOxm2fcWojn1KmYJ92SHaCHxFWorT75ng3uVlaraQaaAp3M9kErc7_gjaBpt65didguVL8oxCeAx3GG2jsEz4vnNgmUu5OjdcIbZCj8pN9ZHuGT9m1ROB40UYBx_pR1pKvmFvyPyr/s1600/319091_242843379091660_100000980004169_707641_1827714_n.jpg


MUNGKIN kita tidak asing lagi dengan nama Ibnul Jauzi. Salahsatu ulama besar islam ini bernama Abul Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi (wafat tahun 597 H.), ketika dia menjelaskan keseriusannya dalam mencari ilmu, dan dia menghabiskan masa mudanya untuk meraihnya. Dia menyinggung nikmatnya menggeluti ilmu tersebut, saat ia telah berusia setengah baya dan telah sempurna ilmunya.

Dia berkata di dalam kitabnya Shaidul Khatir, II:329, “Barangsiapa menghabiskan masa mudanya untuk ilmu, maka pada masa tuanya nanti ia akan memuji hasil dari apa yang telah ia tanam. Dia akan menikmati hasil karya yang telah ia himpun.

Dia tidak akan menggubris hilangnya kenyamanan fisik yang ia alami, setelah ia melihat kelezatan ilmu yang telah ia raih. Disamping itu, ia juga merasakan kelezatan saat mencarinya, yang dengannya ia berharap mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, bisa jadi berbagai upaya untuk mendapatkan ilmu tersebut lebih terasa nikmat daripada hasil yang telah ia raih.

Sebagaimana seorang penyair berkata:

Aku berjingkrak-jingkrak saat berharap mendapatkannya

Terkadang impian lebih manis daripada keberhasilan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn_C4ib-0dbJ4TzMNIFe8nbi2PJzqzBN0i2plxurc796n2AvYYSvfIguHTyzEo6_PxfYLDBrCPPufa3TZEtoPn50Wo_yA3dxgVdTVmMFO5CnOYBsek_oAXzmMd04pj97pEsisV1u6oMVk/s1600/6981620784_282d4e0490.jpg

Aku merenungi keadaan diriku, membandingkannya dengan kondisi keluargaku yang banyak menghabiskan umur mereka untuk meraih dunia. Aku menghabiskan masa kecilku dan masa mudaku untuk mencari ilmu. Aku merasa tidak kehilangan sesuatu seperti yang mereka peroleh, kecuali sesuatu yang seandainya aku meraihnya, justru aku menyesalinya.

Kemudian aku merenungi keadaanku, dan aku merasa hidupku di dunia ini lebih baik daripada kehidupan mereka, dan kedudukanku lebih tinggi dibanding kedudukan mereka. Ilmu yang aku dapatkan pun tidak ternilai harganya.

Iblis berkata kepadaku, “Kamu lupa terhadap kelelahan dan begadangmu?” Aku menjawabnya,”Wahai bodoh,terlukanya tangan tidak di gubris saat melihat ketampanan Yusuf. Dan, jalan yang mengantarkan kepada seorng teman tidaklah panjang :

Semoga Allah membalas perjalanan kepadanya dengan kebaikan

Walaupun dia membiarkan unta kurus seperti kantong air dari kulit[1]

Sumber

[1] Unta kurus disini disebabkan seringnya ia dipakai untuk perjalanan, sehingga yang tersisa padanya adalah kulit yang membungkus tulang,karena ia benar-benar lelah dan kurus. Maka, iapun seperti kantong air dari kulit yang kosong. Ia tidak bisa berdiri dan tidak memiliki kekuatan.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Hati-hati! Meski Sudah Meninggal, 2 Dosa Ini Akan Terus Mengalir


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUI2c6QxU3-ZjIb0Z1fGIV2xutOqJwbshRZ-J8y9tQDHX8ptiHWMr6NPa073TsM0EKvoRsZtVIcbG3unyBmi85cyzHpB5E3Ld0cEKBp9uDr2TdKUodtK4iqpCmYXU2FFK_XUMWpi3OfHg/s1600/Kuburan+Paling+Seram+05.jpg

KETIKA seseorang meninggalkan dunia, tentu ia pun akan meninggalkan jejaknya. Jejaknya itulah yang akan mempengaruhi keadaannya di akhirat. Jadi, meski ia telah wafat, amal perbuatan yang ia lakukan akan tetap mengalir.

Selagi di dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk melakukan amal kebajikan. Dengan begitu, perbuatan tersebut bisa saja menjadi amal baik untuknya meski ia tidak di dunia. Sebab, jika kita mampu berbuat baik dan mengajak orang lain pada kebaikan, tentu pahalanya akan terus mengalir.

Seperti halnya perbuatan baik, perbuatan buruk yang dilakukan selama hidup di dunia pun bisa saja memberikan efek pada kita di akhirat kelak. Meski tak lagi melakukan perbuatan dosa itu dikarenakan kita telah meninggalkan dunia, tapi dosa itu akan tetap mengalir. Mengapa? Sebab, kita menanggung dosa orang lain. Kok bisa? Dosa apakah itu?

Dikutip dalam infoyunik.com, bahwa ada dua jenis dosa yang ganjarannya akan terus mengalir pada orang yang telah meninggal, disebabkan perbuatannya di dunia.

1. Menjadi Pelopor Maksiat

Seorang pelopor berarti ia adalah orang yang pertama kali melakukannya. Seseorang yang menjadi pelopor kemaksiatan, maka ketika orang lain mengikuti jejaknya itu, meski ia telah meninggal, dosanya akan terus mengalir. Tetapi, orang yang melakukan perbuatannya itu tidak akan dikurangi sedikit pun dosanya.

Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka,” (HR. Muslim).

Orang yang berperan sebagai pelopor ini tidak mengajak apalagi memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan maksiat. Tetapi, apa yang dilakukannya itu membuat orang lain menjadi terinspirasi melakukan hal yang sama. Itulah sebabnya, ia akan menanggung dosa-dosa mereka yang terinspirasi untuk berbuat maksiat sama seperti yang ia lakukan.


https://absoluterevo.files.wordpress.com/2013/04/kuburan.jpg?w=320&h=240

2. Mengajak Orang Lain pada Kesesatan dan Perbuatan Maksiat

Lain halnya dengan pelopor, kategori kedua ini secara terang-terangan mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan maksiat. Bahkan, ia memberikan jalan kesesatan. Di mana orang lain tidak menyadari bahwa apa yang ia arahkan merupakan hal yang merugikan. Maka, ketika ada orang lain yang tertarik mengikuti jejaknya, ia akan menganggung dosanya hingga akhirat kelak.

Dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun,” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).

Kedua hal itu begitu membahayakan bagi kita. Maka, lebih berhati-hatilah dalam bertindak. Jangan biarkan diri kita melakukan perbuatan maksiat baru, artinya mempelopori perbuatan maksiat. Apalagi sampai mengajak orang lain untuk berbuat maksiat. Sungguh, jika kita melakukan itu, kita akan merugi di akhirat kelak. Mengapa? Karena kita menanggung beban dosa, padahal kita tidak melakukannya, melainkan dari para pembuatan dosa yang mengikuti jejak kita.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kejutan-kejutan dari Allah subhanahu wa ta'ala


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFqZFltOYjGlSxiTUTBnc_oglAEy0vXrznkjy-9c4ewoNHOFjjr6YFXZQxle7x7pyeTg_d7lv7YmiInI2hiySi16HwitPcmUJ2s09d556qSz1k8oSHWW9KgHVlCH_MeWIP9Y1mOBMqyjGZ/s640/foto+kekuasaan+allah2+-+178.jpg

ORANG yang rendah hati dalam segala hal akan selalu mendapat kebahagiaan di balik ketidaktahuan.

Nabi Nuh belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat kapal dan ditertawai kaumnya.

Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi Musa belum tahu laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yang terbaik

Ternyata di balik ketidaktahuan kita, Allah telah menyiapkan kejutan!

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu08GKM3d3NGcHTkfvEzDd-r6NBuFZ-jj1-8vutk567mEmjTtvmRni3XE6Iv-EtAuPV-wU-yWEDxtyJVue5_EYvRcg3srDFpHL8FIGZv1EutJ8Bmy-vix586qjWUmtxgs8ySsmTtmTZ1Vo/s320/bukti_kebesaran_allah_mesjidtsunami3.jpeg

Seringkali Allah berkehendak didetik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba-hambaNya.

Jangan kita berkecil hati saat sepertinya belum ada jawaban doa.
Karena kadang Allah mencintai kita dengan cara-cara yang kita tidak duga dan kita tidak suka.

Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Lakukan bagianmu saja, dan biarkan Allah akan mengerjakan bagianNya…

Tetaplah percaya.
Tetaplah berdoa.
Tetaplah setia.
Tetap semangat meski dalam kesederhanaan.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Masih Meragukan Hukum Haramnya Rokok? Lihat Fakta Yang disembunyikan Oleh Perusahaan Rokok

http://www.masuk-islam.com/wp-content/uploads/merokok-penyebab-kematian.jpg

Ada sebuah soal di website Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz yang pernah menjabat sebagai ketua komisi fatwa di KSA (Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’):

Sahabatku masih belum yakin akan haramnya merokok. Sahabatku tersebut berkata, “Aku tidak mau membenarkan hal itu sampai aku sendiri yang mendengar fatwa dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz yang menerangkan tentang hukum merokok.” Jadi tolong, wahai Syaikh untuk menyampaikan nasehat pada sahabatku tersebut. Jazakumullah khoiron.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz memberikan jawaban,

Merokok menurut kami hukumnya haram. Kita pun telah mengetahui bagaimana hukum rokok itu sendiri dari sisi bahaya yang begitu banyak yang ditimbulkan. Itulah mengapa rokok itu haram tanpa diragukan lagi. Para pakar kesehatan telah menyatakan bahwa rokok dapat menimbulkan bahaya yang amat banyak. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk meninggalkan dan berhati-hati dengan rokok. Allah sendiri melarang orang yang beriman mencelakakan dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195). Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu“. (QS. An Nisaa: 29).  Oleh karenanya, wajib bagi setiap mukmin dan mukminah untuk menjauhi apa yang Allah haramkan dan apa yang menimbulkan bahaya bagi agama, diri dan badannya. Allah sungguh amat menyayangi hamba-Nya, jadinya Allah pun melarang segala hal yang bisa memudhorotkan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ

“Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya.” Rokok sudah amat jelas memberikan dampak bahaya dan hal ini telah disepakati oleh pakarnya, yaitu para dokter. Ahli kesehatan dan para peneliti telah sepakat (berijma’) akan dampak rokok yang amat-amat berbahaya.

Aku menasehati kepada sahabatmu untuk bertakwa pada Allah dan hendaklah ia meninggalkan hal-hal yang kotor, lalu hendaklah ia bertaubat pada Allah karena dosa tersebut. Semoga seperti ini bisa mengendalikan kesehatannya, selamat dari murka Allah, dan hartanya pun jadi terjaga (tidak boros).

Wallahul musta’an.

Sumber fatwa: http://www.binbaz.org.sa/mat/12026

Silakan baca artikel “Jika rokok haram, siapa yang akan hidupi petani?“

@ Sakan 16 KSU, Riyadh KSA

30 Syawwal 1432 H (28/09/2011)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp5owxvIHUQYB2uuRCuA16iGzriAYNJUZWithRX8Fsl00MgoEryP-75xH_r5pCifgs85CUr2kvbPLKEyu8vcErYnQPVl7TXcv2HkcaD13b_faUR6qi73X0MMblYOBPpfInC9V9kjWkYyTT/s1600/1251453462.jpg

Tambahan dari kolom komentar yang menyatakan ternyata nikotin mengandung unsur radioaktif

Selain nikotin dan ratusan racun berbahaya lainnya, rokok juga mengandung unsur radioaktif yang disebut sebagai ion alfa. Keberadaan unsur berbahaya ini diklaim sudah diketahui oleh industri rokok, namun disembunyikan selama 42 tahun.

Klaim mengejutkan ini disampaikan oleh para peneliti dari University of California di Los Angeles dan dipublikasikan di jurnal Nicotine and Tobacco Research. Para peneliti mengungkap hal itu setelah mempelajari dokumen-dokumen rahasia dari industri rokok sejak tahun 1998.

Salah satu dokumen menyebutkan, adanya bahan radioaktif dalam rokok sudah diketahui 5 tahun lebih awal daripada yang diduga selama ini. Pada awal 1960-an, industri rokok diam-diam sudah melakukan investigasi mendalam terkait kemungkinan adanya unsur radiasi.

“Industri rokok sudah menyadari adanya unsur radioaktif dalam rokok sejak 1959. Mereka tahu itu memicu kanker, tetapi menyembunyikan fakta itu bertahun-tahun,” ungkap Hrayr S Karagueuzian, profesor kardiologi yang memimpin penelitian itu seperti dikutip dari Indiavision, Jumat (30/9/2011).Tak hanya itu, dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa selama itu industri rokok berusaha mengaburkan fakta tentang radiasi asap rokok dan bahayanya bagi kesehatan.

Hasil-hasil penyelidikan tentang ion alfa yang berbahaya tidak boleh dipublikasikan.Unsur radioaktif dalam rokok, seperti ditulis detikHealth sebelumnya, berasal dari mineral alami di dalam tanah maupun penggunaan pupuk.

Salah satu unsur yang melepaskan ion alfa adalah polonium, yang tingkat radiasinya disebut-sebut 7 kali lebih besar dari sinar X.Efek radiasi pada asap rokok bisa terakumulasi, kemudian dalam jangka panjang akan memicu kerusakan paru-paru atau bahkan kanker. Bukan hanya perokok aktif saja yang bisa terkena dampaknya, perokok pasif atau bahkan third hand smoker juga terancam kesehatannya.

Sumber: www.detikhealth.com



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Malapetaka Yang Timbul Ketika Alat-Alat Musik Dan Para Penyanyi Telah Merajalela




Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Radiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

يكون في آخر الزمان خسف وقذف ومسخٌ. قيل : ومتى ذلك يا رسول الله ؟ قال : إذا ظهرَت المعازف والقَيناتُ

“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (kedalam bumi), dilempari batu dan dirubah rupanya”. Beliau ditanya : “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Ketika alat-alat musik dan para penyanyi telah merajalela” (HR. Ibnu Majah dalam Sunannya)

Tanda-tanda Kiamat ini telah banyak bermunculan pada zaman-zaman sebelumnya dan sekarang lebih banyak lagi. Alat-alat musik telah muncul di zaman ini dan menyebar dengan penyebaran yang sangat luas serta banyak para biduan dan biduanita. Merekalah yang diisyaratkan dalam hadits ini dengan ungkapan “القينات (para penyanyi)”.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1xB9NmpFzlo9kyFzwCY6aLboxyHH8P_U43GXRrlt2CUoDvhnU26t4iKMckjdXN0dJV9AtuL12_FHZd1UwnBmJ-OxHwOeWOz4IdXwkE9B5EL9NzJzkQxzhS_Oi9fEKPr4Y7Jz46GIXAWg/s1600/Benarkah+Musik+itu+haram+BBG+Assunnah.jpg

Lebih dahsyat lagi adalah penghalalan alat-alat musik yang dilakukan oleh sebagian manusia. Telah datang ancaman bagi orang yang melakukan hal itu dengan dirubah rupanya, dilempari batu dan ditenggelamkan ke dalam bumi, sebagaimana dijelaskan dalam hadits terdahulu. Telah tetap dalam Shahih al-Bukhari Rahimahullah, beliau berkata : “Hisyam bin ‘Ammar berkata : Shadaqah bin Walid meriwayatkan kepada kami (kemudian beliau membawakan sanad yang sampai kepada Abu Malik al-Asy’ari) bahwasanya beliau mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر و الحرير و الخمر و المعازف، و لينزلن أقوام إلى جنب علم يروح عليهم بسارحة لهم، يأتيهم – يعني الفقير- لحاجة فيقولون : ارجع إلينا غدا، فيبيتهم الله ويضع العلم ويمسخ آخرين قردة وخنازير إلى يوم القيامة

“Akan datang pada umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutra, khomr (minuman keras) dan alat musik. Dan sungguh akan menetap beberapa kaum di sisi gunung, dimana (para penggembala) akan datang kepada mereka dengan membawa gembalaannya, datang kepada mereka (yakni si fakir) untuk sebuah keperluan, lalu mereka berkata : “Kembalilah kepada kami esok hari!”. Kemudian Allah menghancurkan mereka pada malam hari, menghancurkan gunung dan merubah sebagian mereka menjadi kera dan babi sampai hari Kiamat” (HR. Bukhari)

Lihatlah dizaman kita sekarang ini, alat-alat musik telah menyebar sampai ke rumah-rumah kaum muslimin. Inilah kebenaran yang kita saksikan dari perkataan Rasulullah dan berarti benar pula bahwa kita memang sudah dekat dengan hari Kiamat.
Wallahu A’lam

(Diambil dari kitab Asyraatus Saa’ah karya Syaikh Yusuf al-Wabil (edisi terjemahan), Pustaka Ibnu Katsir



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Pahala Bagi Orang Yang Menepati Janji

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEw2PW2oL_cevvdV32_leBkEl6AkE_KymhgyxncWwO_ta5O2TbLNkHMyVTxauHqPn1LXwOQjhLVpRBC1UHsGfl6J_H0dG44TLdZ03k13BCDT-bucZTxpnfJ86mCIlZpLv6J8xltyIM0rE/s1600/janji2(astitbercerita.blogspot.com).jpg

Oleh
Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur`ân. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya” [Maryam/19:54-55]

PENJELASAN AYAT

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya”.

Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceritakan tentang kakeknya, yaitu Nabi Ismâ’îl [1]. Dialah yang nantinya menjadi cikal-bakal bangsa Arab, yang merupakan suku terbaik dan paling agung. Dari kalangan mereka inilah terlahir penghulu anak Âdam, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam [2].

Dalam ayat ini pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyanjung Nabi Ismâ’îl bin Ibrâhîm al-Khalîl Alaihissalam bahwa (Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) [3]. Ia tidak mendustai janjinya dan tidak berbuat ingkar. Bila sudah berjanji kepada Rabbnya atau kepada sesama manusia, niscaya akan memenuhinya [4]. Sifat terpuji yang beliau miliki ini umum, baik janji yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun kepada sesama manusia.[5]

Kuatnya kesetiaan yang melekat pada Nabi Ismâ’îl Alaihissalam dalam masalah janji, di antaranya dibuktikan dengan komitmennya saat berjanji kepada sang ayah, Nabi Ibrâhîm agar ia bersabar saat diberitahukan akan disembelih oleh ayahnya sendiri atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui mimpi. Dan Nabi Ismâ’îl pun memenuhi janji tersebut.

Syaikh asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan, seseorang yang sanggup memenuhi janjinya dengan menyerahkan diri untuk disembelih, sungguh itu termasuk bukti meyakinkan tentang kebenaran janjinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar”. [Ash- Shâffât/37:102].

Demikianlah janji Nabi Ismâ’îl, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan jika Nabi Ismâ’îl menepati janjinya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)…. [Ash-Shâffât/37:103] [6]

Dan Nabi Ismâ’îl pun menepati janji tersebut. Kemudian menyuruh sang ayah untuk menyembelih dirinya, sebuah cobaan paling besar yang menimpa seorang manusia.[7]

Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan dalîl khithâb – mafhûm mukhâlafah -, mengingkari suatu janji, maka terhitung sebagai bagian dari sifat-sifat tercela. Penjelasan masalah ini telah diuraikan di sejumlah ayat dalam Kitabullah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَىٰ يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta” [At-Taubah/9:77]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Shâf/61:2-3], dan lain-lain.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخَْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat.” [HR al-Bukhari no. 33; Muslim, no. 59, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].[8]

Dengan demikian kita mengetahui, bahwa mengingkari janji merupakan bagian dari karakter kaum munafiqin. Sebaliknya, menepati janji termasuk sifat kaum mukminin. Begitu pula pribadi yang melekat pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau ialah seorang yang benar dengan janjinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berjanji, melainkan pasti menepatinya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memuji Abul-‘Ash bin ar-Rabî’, suami dari Zainab. Kata beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Abul-‘Ash bin ar-Rabî’:

حَدَّثَنِيْ فَصَدَّقَنِيْ وَوَعَدَنِيْ فَوَفَّى لِيْ

“Dia telah berbicara kepadaku dan berkata jujur, berjanji kepadaku dan menepatinya”. [HR al-Bukhâri, no. 3729 dan Muslim, no. 2449].

Sikap menepati janji ini termasuk salah satu faktor yang telah mengangkat derajat Nabi Ismâ’îl Alaihissalam, sehingga berhak disebut dalam al-Qur`anil-‘Azhîm.[9] Mengapa Nabi Ismâ’îl diistimewakan dengan sanjungan ini, bukankah tidak ada nabi yang memiliki sifat mengingkari janji?

 http://i0.wp.com/affany.net/wp-content/uploads/2016/01/janji.png

Jawabnya, sifat menepati janji melekat pada semua nabi. Secara khusus dikaitkan kepada Nabi Ismâ’îl sebagai bentuk tasyrîf (kemuliaan) beliau, lantaran besarnya cobaan yang harus dialami beliau Alaihissalam untuk menepati janjinya, yang tidak terjadi pada nabi-nabi lainnya. Sifat ini termasuk kebiasaan yang dipuji oleh bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya.

Dalam sebuah syair diilustrasikan:

مَتَى مَا يَقُلْ حُرٌّ لِصَاحِبِ حَاجَةٍ نَعَمْ َيَقْضِهَا وَالْحُرُّ للْوَأيش ضَامِنُ

Kapan saja seorang yang merdeka berkata kepada orang yang memiliki keperluan “baiklah”, niscaya akan menyelesaikannya. Orang merdeka menjamin janjinya.[10]

وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

“dan dia adalah seorang rasul dan nabi”

Nabi Ismâ’îl Alaihissalam diutus Allah ke bangsa Jurhum [11]. Imam Ibnu Katsir t menyimpulkan, di dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa kemuliaan Nabi Ismâ’îl berada di atas saudaranya, yaitu Nabi Ishâq. Sebab, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut Nabi Ishâq Alaihissalam dengan gelar nubuwwah saja [12], sedangkan Nabi Ismâ’îl Alaihissalam memperoleh dua anugerah sekaligus, yaitu nubuwwah dan risâlah [13]. Dengan itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Ismâ’îl termasuk kalangan yang memiliki kedudukan tinggi.[14]

وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ

“Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat”.

Ini juga merupakan sanjungan yang baik, budi pekerti terpuji dan perilaku yang lurus. Nabi Ismaa’il Alaihissalam senantiasa berada di dalam ketaatan kepada Rabbnya dan memerintahkan kepada keluarganya untuk tetap istiqomah dengan ketaatan itu. Sebagaimana firman Allah kepada Rasul-Nya :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya…. ” [Thâhâ/20:132]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …. – at- Tahrîm/66 ayat 6-, dan sudah diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengaplikasikan perintah ini.[15]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menguatkan makna ini dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ

“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun pada malam hari lantas mengerjakan shalat (malam). Kemudian ia membangunkan istrinya. Jika istrinya menolak, maka ia memercikkan air di wajah istrinya. ” [HR Abu Dawud no. 1450, Ibnu Mâjah no. 1336]

Jadi, menggiatkan keluarga untuk bersama-sama beribadah merupakan faktor lain yang bisa mendatangkan kemuliaan dan kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi Nabi Ismâ’îl Alaihissalam, sehingga namanya disebutkan di dalam al-Qur`ânil-Karim.[16]

وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

“dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya”.

Seluruh amalan dan ucapannya diridhai lagi terpuji dalam menjalankan apa yang dibebankan pada dirinya, tidak kurang dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sisi lain yang menyebabkan Nabi Ismâ’îl menjadi insan yang diridhai di sisi Rabbnya, dikatakan oleh Syaikh as-Sa’di rahimahullah, lantaran ia menjalankan apa-apa yang diridhai Rabbnya Subhanahu wa Ta’ala, kesungguhannya dalam urusan-urusan yang diridhai-Nya. Maka Allah pun meridhai dan memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang paling istimewa, dan para wali-Nya yang didekatkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya dan ia ridha kepada Rabbnya.

PELAJARAN DARI DUA AYAT DI ATAS
1. Ketetapan mengenai kenabian Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab Dzat yang telah mengangkat para nabi yang disebutkan dalam surat Maryam dan menjadikan mereka utusan-utusan Allah, maka tidak ada alasan mengingkari kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Keutamaan memerintahkan shalat dan membayar zakat.

3. Keutamaan menepati janji dan bersikap jujur, baik dalam ucapan maupun tindakan.

4. Mempunyai sifat kebenaran dalam berjanji merupakan perbuatan terpuji.

5. Sifat mengingkari janji merupakan perbuatan tercela.
Wallahu a’lam.

Maraji`:
1. Al-Qur`ân dan Terjemahannya, Cet. Mujamma’ Malik Fahd Madinah.
2. Adhwâ-ul Bayân fi Îdhâhil-Qur`ân bil-Qur`ân (Tatimmah li Syaikh ‘Athiyyah Muhammad Sâlim), Maktabah Ibnu Taimiyyah, Mesir, 1415 H – 1995 M.
3. Ahkâmil-Qur`an, Abu Bakr Muhammad bin ‘Abdullah (Ibnul-‘Arabi), Tahqîq: ‘Abdur-Razzâq al-Mahdi, Dârul-Kitâbil-‘Arabi, Cet. I, Th. 1421 H – 2000 M.
4. Aisarut-Tafâsîr fi Kalâmil-‘Aliyyil-Kabîr, Abu Bakr Jâbir al-Jazâiri, Maktabah ‘Ulum wal- Hikam, Cet. VI, Th. 1423 H – 2003 M.
5. Al-Jâmi li Ahkâmil-Qur`ân (Tafsir al-Qurthubi), Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al- Anshâri al-Qurthubi, Tahqiq: ‘Abdur-Razzâq al-Mahdi, Dârul-Kitâbil-‘Arabi, Cet. IV, Th. 1422 H – 2001 M.
6. Jâmi’ul-Bayân ‘an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Dar Ibnu Hazm, Cet. I, Th. 1423 H – 2002 M.
7. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm, al-Hâfizh Abul-Fidâ Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsîr al-Qurasyi, Tahqîq: Sâmi bin Muhammad as-Salâmah, Dar Thaibah, Cet. I, Th. 1422 H – 2002 M.
8. Taisîrul-Karîmir-Rahmân fi Tafsîri Kalâmin Mannân, ‘Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di, Tahqîq: ‘Abdur-Rahmân al-Luwaihiq, Muassasah Risalah.
9. Shahihu Qashashil Anbiyâ (karya Imam Ibnu Katsir) Saliim bin ‘Id al Hilâli, Maktabah al-Furqân, Cet. I, Th. 1422 H.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Adhwâ`ul-Bayân (4/322)
[2]. At-Taisîr, 529
[3]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm (5/238), al-Jâmi’u li Ahkâmil-Qur`ân (11/106).
[4]. Jâmi’ul-Bayân (16/126).
[5]. Zâdul-Masîr (3/135).
[6]. Adhwâ`ul-Bayân 4/322. Muncul perdebatan soal adz-dzabîh (siapa yang disembelih), apakah Nabi Ismâ’îl ataukah Nabi Ishâq? Hasil tahqiq menyebutkan, yang disembelih ialah Nabi Isma’il . Lihat al- Jâmi’u li Ahkâmil-Qur`ân (11/106), Shahîhu Qashashil-Anbiyâ, 134-136.
[7]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm (5/239), at-Taisîr, 529.
[8]. Lihat Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm (5/239), Adhwâ`ul-Bayân (4/322).
[9]. Aisarut-Tafâsîr (1/734).
[10]. Zâdul-Masîr (3/135), Jâmi’ul-Bayân (11/107).
[11]. Zâdul-Masîr (3/135), Ma’â’limut-Tanzîl (5/237).
[12]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shalih. (Qs ash-Shâffât/37:112).
[13]. Tafsîrul-Qur`ânil-‘Azhîm (5/240).
[14]. At-Taisîr, 529.
[15]. Adhwâ`ul-Bayân (4/322).
[16]. Aisarut-Tafâsîr (1/734).
[17]. Jâmi’ul-Bayân (16/127) Aisarut-Tafâsîr (1/735).
[18]. At-Taisîr, 529.



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Anda Hidup Menderita, Ternyata Inilah Sumber Utamanya


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZj6zzrKnogEyiVFVal4tR9OufUG37mj1jCVTsUmZNFu1k179a6jxICens262du8SDN_KLyWz-zQoOYNW0VW0ReCQ1LJ_kD9wRpyOe2YmWza2kvW9NuZeP6E6gU0mV5HHsQIIDEoJ5jlQ/s1600/frustasi.jpg

BANYAK orang mengeluh dengan keadaan kehidupannya. Hidup yang penuh dengan berbagai macam penderitaan. Berbagai masalah menghampiri. Hingga akhirnya ia merasa frustasi. Bahkan, merasa lelah dalam menjalani kehidupan ini.

Tahukah Anda, bahwa penderitaan itu hadir karena ulah diri kita sendiri? Ulah apa? Tentunya perbuatan yang membuat kita jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni perbuatan dosa. Ya, dosa adalah sumber penderitaan yang paling utama.

Jadi, seseorang yang hidupnya penuh dengan masalah adalah orang yang berdosa. Kita akui kita adalah pendosa. Maka, tak heran jika selalu ada masalah dalam hidup kita. Sebab, itu akibat dosa yang kita perbuat.

Allah mengirimkan masalah itu tiada lain untuk membersihkan diri kita dari dosa. Jika kita mampu menjalani masalah apapun dengan mendekatkan diri pada Allah, maka kita telah sukses menyapu dosa itu. Tetapi, jika tetap dipenuhi dengan keluh kesah, berarti dosa itu belum bersih dalam diri kita.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjOMwJjV99JApzaGHlDCpqbxiee6srWcPfX_O2RmI-Z65CB65WUMESGy68PN8p38s0pKt5cgsrnJ9v2oQjiAtAm9hjp1vyWP9GSO2LQ2byjc_rHxkdrYB4JQYLpYS-oLCFg3LTkI7HehV0/s400/images.jpeg

Salah satu kunci utama pembersih dosa ialah dengan memperbanyak dzikir pada Allah. Dan dzikir yang dianjurkan adalah istighfar. Ya, kalimat ini adalah bentuk rasa penyesalan kita kepada Allah. Kalimat ini juga merupakan bentuk permohonan kita kepada Allah agar diampuni segala kesalahan yang telah diperbuat.

Sumber penderitaan yang teramat fatal bagi seseorang ialah terhalangnya rezeki. Dan yang menghalangi itu adalah dosa. Maka, dengan memperbanyak istighfar, rezeki itu akan terbuka kembali. Sehingga, kita tidak lagi merasakan penderitaan itu.

Coba tanyakan pada diri Anda, apakah Anda sudah bersih dari dosa? Tentu saja tidak! Sebab, terkadang kita tidak menyadari suatu perbuatan kecil yang ternyata mengandung dosa. Oleh sebab itu, perbanyaklah istighfar kapan pun dan di mana pun. Baik itu melalui lisan maupun di dalam hati, agar penderitaan dalam hidup segera pergi. 

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Ini Beberapa Tahapan Setan Dalam Menyesatkan Manusia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-AMT1NwVD-gWZo4KQyO_YX7vUvzhuOv9IerSuja8J_Hjl_R7RkqHNyUIzmdP-y8nrxRyjMvCfRhHPGHPnDBm3YQFxNwSkM9LPgJLsTxdhCqAnKo0fVJ218J0mZWbz6tPRcdFKK7hSfbE/s1600/seicom_forest.jpg

SETAN ternyata mempunyai tahapan-tahapan tertentu dalam menyesatkan manusia lho. Apa sajakah itu? Berikut informasi selengkapnya.

1. Diajak pada Kekafiran, Kesyirikan, serta Memusuhi Allah dan Rasul-Nya
Tahapan pertama yang dilakukan oleh setan dalam usaha menyesatkan manusia adalah dengan mengajaknya ke dalam kekafiran, kesyirikan, serta mengajaknya untuk memusuhi Allah dan Rasul-Nya.

2. Diajak pada Perbuatan Bid’ah
Langkah kedua yang dilakukan oleh setan yakni mengajak manusia untuk melakukan perbuatan bid’ah. Perbuatan yang seperti ini lebih disukai oleh setan dibandingkan dengan dosa besar dan maksiat lainnya.

Hal ini dikarenakan perbuatan bid’ah memiliki bahaya terhadap agama seseorang, membahayakan oranglain karena menjadi ikut-ikutan mengerjakan sesuatu yang tidak ada tuntutannya. Orang yang berbuat bid’ah akan sulit sadar untuk bertaubat karena ia merasa amalannya yang dilakukannya selalu benar. Selain itu, bid’ah juga menyelisihi ajaran dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

3. Diajak pada Dosa Besar (al-kabair)
Apabila langkah yang kedua tersebut tidak berhasil dilakukan oleh setan untuk menyesatkan manusia maka mereka beralih kepada langkah yang ketiga yakni mengajak manusia untuk melakukan dosa besar. Mereka akan lebih mengutamakan untuk menggoda seseorang yang alim (berilmu) dan diikuti oleh banyak orang. Tujuannya adalah ketika orang yang berilmu itu tergoda, maka pengikutnya akan menyusul.

Setan akan sangat bersemangat untuk melakukan perbuatan tersebut karena keinginan yang kuat untuk menyesatkan manusia yang alim dan membuat mereka jauh dari Allah SWT. Selain itu, maksiat yang demikian ini mudah tersebut dan dirasa akan lebih memudahkan mereka untuk menjauhkan manusia dari Allah Ta’ala.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBjnbcGQOzUmRO_gtYq9v6a3m7p8UOSvwzrnDtIQE4kEqxXhpEZfVmkFguM779nu5tIbgQggE4xdBNl0D76uNU7K-ioMDrhIQdlbx4AyCyBt3gHdN0hrWFttkJj1aI37gXpvYiB3sZSQ/s640/20080203120251.jpg

4. Diajak dalam Dosa Kecil (ash-shaghair)
Akan tetapi bukan sebuah perkara mudah untuk menggoda manusia melakukan perbuatan dosa besar. Terlebih lagi apabila mereka telah berilmu dan memiliki pengetahuan agama yang luas. Namun setan tidak akan tinggal diam, ketika usahanya gagal untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar maka langkah yang diambil selanjutnya adalah mengajak manusia untuk melakukan dosa kecil. Ternyata dosa kecil juga memiliki bahaya yang tidak dapat dielakkan dan bisa membuat mereka jauh dari Allah. Oleh sebab itu, kita harus sebisa mungkin menghindari dosa kecil tersebut. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maksud dari hadist di atas adalah apabila dosa kecil terus menerus dilakukan maka ia akan menumpuk dan tidak terhapus, akibatnya akan membinasakan. Dalam hadist ini tidak disebutkan dosa besar, karena harang terhadi di masa silam. Selain itu, dosa besar juga benar-benar dijaga untuk tidak dikerjakan dan manusia sangat menghindari untuk jatuh ke dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi.

Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena: (1) menganggap remeh dosa kecil tersebut, (2) terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

5. Disibukkan dengan Perkara Mubah
Tahapan selanjutnya setan menyesatkan manusia adalah menyibukkan mereka dengan perkara yang mubah. Hukum dari melakukan perkara ini adalah boleh, namun tingkatan pahalanya sangat kecil. Ketika manusia disibukkan dengan perkara mubah, maka mereka akan luput untuk mendapatkan pahala yang lebih besar.

6. Disibukkan dalam Amalan yang Kurang Afdhal
Ketika semua cara di atas telah dilakukan oleh setan untuk menjerumuskan manusia namun tidak berhasil. Maka lagkah terakhir yang dilakukannya adalah dengan menyibukkan manusia dalam kegiatan atau amalan yang kurang afdhal. Setan senantiasa menggoda manusia agar luput dari pahala amalan utama dan terus mengerjakan amalan yang kurang afdhal. Hal ini dapat dilihat ketika manusia lebih mengutamakan amalan sunnah dibandingkan amalan yang diwajibkan oleh Allah SWT.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kentut, Shalatnya Tetap Tidak Batal Kok!



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfOJWHQAwkTJYWQWytYiw7Ma-KjaEuxVVLNROY22Jqq9fbTQNNskUHJivw57kYlvx3YC_sVInAIAPOSg3dYuq1KB7hpEAE6ZpRc5gUmQEUdSHktxBtHAdBds4VMayAtjyFbn3FxQqcOSZ7/s1600/5+Kesalahan+Fatal+Makmun+Saat+Sholat+Berjamaah.jpg

ADA sebuah kisah menarik tentang tiga orang pemuda yang akan menjalankan shalat. Salah satu dari mereka sudah bersiap diri menjadi imam. Sedang dua orang lainnya memposisikan diri sebagai makmum. Mereka bertiga shalat dengan begitu khidmatnya. Dua orang di belakang imam mengikuti gerakan yang dilakukan oleh imam.

Di pertengahan shalat, salah satu makmum itu kentut. Dan kedua temannya itu mengetahui. Tetapi, orang yang kentut itu tetap melaksanakan shalat hingga selesai.

Selesailah mereka melaksanakan shalat. Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya yang kentut, “Mengapa kamu tetap melaksanakan shalat, padahal tadi kamu kan kentut?” Kemudian orang itu menjawab, “Kentut itu membatalkan wudhu, sedang saya tidak wudhu, jadi shalat saya tidak batal!”

Kisah tersebut menggambarkan pentingnya mencari ilmu. Apa hubungannya? Shalat jika tidak dibarengi dengan ilmu, ya akan sama seperti kisah tersebut. Padahal, sudah dijelaskan bahwa ketika akan shalat, kita harus berwudhu. Sedang orang yang kentut tadi tidak berwudhu terlebih dahulu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijLWqD3hcLxLhPt6xCOKHYDglClN6X7tHYiFBPibUyIbghods1xMAUe-RYlhaWcrXxc2CAno-hSCGHayKtr3cH4s6cODoFR60v4wjJ3DynkLs0xPkPjmzDbpJ2V4OWeJ4VdlgrUZvqCRIi/s640/jamaah+muda+beriman+di+masjid+pahala+keutamaan.jpeg

 Melaksanakan shalat seperti terlihat mudah. Kita hanya melakukan gerakan-gerakan sederhana dan bacaan yang cukup mudah dilantunkan. Hanya saja, jika tidak didasari dengan ilmu, maka hasilnya tidaklah sempurna. Bisa jadi, shalat yang bernilai ibadah itu, malah membawa keburukan bagi kita.

Sebanyak apapun kita melakukan ibadah, jika tidak memiliki ilmu, maka akan sia-sia. Hal ini terbukti dengan adanya suatu riwayat yang mengatakan bahwa orang yang tertidur tetapi memiliki banyak ilmu lebih ditakuti setan daripada orang yang banyak beribadah tanpa ilmu. Sebab, dengan ilmu, kedudukannya akan lebih tinggi. Atas dasar ilmu, ia bisa mengetahui sesuatu dan dapat membedakan mana benar dan salah.

Oleh sebab itu, kita jangan hanya terfokus menjalankan ritual ibadah saja. Mengetahui ilmu-ilmu tentang ibadah yang dilakukan penting kita pelajari. Sebab, ilmu dapat menyempurnakan ibadah yang kita lakukan. Sehingga, ibadah itu dapat benar-benar bernilai di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kategori

Kategori