Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Showing posts with label Hikmah. Show all posts

Kenapa Setelah Menikah Istri Menjadi Terlihat Kalah Cantik Dibanding Wanita Lain?



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpovBcg8UgDcb2IOnsRV8HTFaaQib6XEKAu-fsUtPRLKNwKiMXXtEj1H6Mm9TefmlV6hua5Mg5byYqZRMTEmxCYzgSEZcm17zVcraRgLiI9kGruU3Am6YNJjDrA6d62q9aE4HeKD5_4eg/s1600/bertemu+jodoh.jpg

SEORANG suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang syekh.

Dia berkata: “Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik daripadanya di dunia ini.

“Ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan seperti dia. Ketika aku sudah menikahinya, aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik daripada dirinya.

“Ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis daripada istriku.”

Syekh berkata: “Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat daripada itu dan lebih pahit?”

Laki-laki penanya: “Iya, mau.”

Syekh: “Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu daripada mereka semua.”

Laki-laki penanya itu tersenyum masam, lalu ia berujar: “Kenapa tuan Syekh berkata demikian?”

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilZqTXPpbYRAP9HRL-fc7b6A-dxlvpnVJJsZXQigy3nxgw22bz8ObZeIpdT6woKjs4Gwp0Tl_Q_G9RhWDKgvhGTMQCUO69gCe6pNi8QN0Ko-81CbbdD794R88KEPtnL-HuTbkl8Z2_L4pP/s1600/%231-wanita-surga.jpg

Syekh: “Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan.

‘Rasulullah bersabda: ‘Andaikan anak Adam itu memiliki lembah penuh berisi emas pasti ia akan menginkan lembah kedua, dan tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa yang mau bertaubat.’

“Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah.

“Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan kecantikan istrimu seperti pertama kali kamu mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?”

Laki-laki penanya: “Iya, mau sekali.”

Syekh: “Tundukan pandanganmu.”

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Ini Keadaan Para Penghuni Surga yang Paling Rendah Kedudukannya


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfacASJgR2n7Xli_XDk_q36X48QiVTy3ulu1dI1BMWgK_Fy8dU__Nzy0a6YQUXKUWDWQ9rh5F2DNRPYPg4jO9qyDj3HXy5aTi2HTeI8PQ0nXG0o1jg3Ob67_Iym-QeCjmkvaYNxyCw34w/s1600/syurga.jpg

MUSA bertanya pada Rabbnya, “Bagaimana nasib penduduk surga yang paling rendah kedudukannya?”

Allah menjawab, “Yaitu orang yang datang setelah penghuni surga dimasukkan ke surga. Lalu dikatakan kepada orang ini, ‘Masuklah ke surga’!

Orang ini menjawab, “Wahai Rabb-ku, bagaimana aku bisa masuk surga, sedangkan mereka sudah menempati tempat mereka masing-masing dan mengambil bagian mereka?”

Lalu dikatakan kepada orang ini, “Apakah kamu rela mendapatkan bagian kerajaan seperti seorang raja di antara raja-raja dunia?”

Orang itu menjawab, “Aku rela, wahai Rabb-ku.”

Rabb mengatakan, “Itu bagianmu ditambah seperti itu, ditambah seperti itu, ditambah seperti itu, ditambah seperti itu, ditambah seperti itu.”


http://i0.wp.com/www.satujam.com/satujam/wp-content/uploads/2015/10/syurga1.jpg?resize=900%2C506

Pada kelima kalinya, orang itu mengatakan, “Aku rela, wahai Rabb-Ku.”

Rabb mengatakan, “Ini bagianmu ditambah sepuluh kali lipatnya. Dan kamu mendapatkan apapun yang kamu inginkan dan yang matamu menyukainya.”

Orang itu mengatakan, “Aku rela, wahai Rabb-ku.”

Musa mengatakan, “(Lalu bagaimana nasib) orang yang paling tinggi kedudukannya?”

Rabb menjawab, “Mereka itu orang pilihan-Ku, kemuliaan mereka di tangan-Ku, dan kemuliannya tidak pernah berubah, ia belum pernah terlihat mata, belum pernah terdengar telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati manusia.”

Ini sesuai dengan firman Allah SWT,

“Tidak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang.” (As-Sajdah:17).

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kisah Uzair, Orang Yang Dianggap Putra Allah Menurut Bangsa Yahudi


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJuS3n3Lm9Iw_8UgoV8b_AG5IzG6VGpOpOkolBxII_SYubSKMb5DBoK-5LM5SF9-Ktszp7mB4m4ug8IVMQ-kBxyQv1gZKc4KdpGI4bEUVecMkEp3kW0FGy8ndIeKW48vawByV5mO5oh2_w/s640/foto+kekuasaan+allah1+-+178.jpg

NAMA Uzair Allah sebutkan dalam al-Quran ketika Allah menceritakan klaim orang yahudi yang menyatakan bahwa Uzair anak Allah – maha suci Allah dari perkataan mereka –.



وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.” (QS. at-Taubah: 30).

Bagaimana ceritanya, sehingga mereka menyebut Uzair sebagai anak Allah?

Ada banyak versi tentang ini. Yang intinya, Yahudi menyebut Uzair anak Allah, karena Uzair adalah satu-satunya orang yang hafal taurat di kalangan Bani Israil.

Berikut penjelasan dari Ibnu Katsir dilansir KonsultasiSyariah.com, beliau membawakan keterangan as-Sudi,

Ketika suku Amalliq – kaum kafir yang dulu menguasai Palestina – berhasil mengalahkan bani israil, banyak ulama yang dibantai dan pemuka-pemukanya di tawan. Sementara Uzair selamat. Dia hanya bisa menangisi nasib kaumnya. Menangisi para ulama yang meninggal, sehingga tidak ada yang mengajari Taurat. Beliau rajin menangis, sampai kedua kelopak matanya sakit. Hingga suatu ketika, beliau melewati sebuah kuburan. Dan beliau melihat ada wanita yang menangis di dekat kuburan, sambil mengatakan,

“Siapa yang akan memberi makan aku… siapa yang akan memberiku pakaian..”

Melihat itu, spontan Uzair mengingatkan,

“Kamu kenapa? Siapa yang memberi makan kamu sebelum kejadian ini?”

“Allah.” jawab si wanita.

“kalau begitu, ingat, Allah Maha Hidup dan tidak mati.”  Kata Uzair.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwODnDIvf23TtCLYVoy4qF7bSuUJ6kIarKCQIIoSUFsc6VO6dE2101Dibf8K3V2x5fS8TPajtcqogKZi88bCoCXyBJbyqkfnA0z3bTXTGk-URIxFzB1tg36gUNzi6QTCL2fUwSHIiYtBya/s640/indonesia-clouds2.jpg

“Wahai Uzair, siapa yang mengajari para ulama sebelum bani Israil?” tanya si Wanita.

“Allah.” jawab Uzair.

“Lalu mengapa kamu menangisi kepergian mereka?” tanya si Wanita.

Tersadarlah Uzair, bahwa dirinya sedang diingatkan.

Kemudian beliau dinasehatkan,

“Pergilah ke sungai sana, mandi dan kerjakan shalat 2 rakaat di sana. Kamu akan ketemu orang tua di sana. Jika dia memberi makan kamu, makanlah.”

Pergilah Uzair, mengikuti saran ini.

Di sana, beliau bertemu orang tua. “Buka mulutmu.”

Uzair membuka mulutnya. Kemudian beliau disuapi benda seperti bara api besar, sebanyak 3 kali.

Seketika itu, Uzair langsung paham isi taurat. Dan beliau menjadi orang yang paling paham isi Taurat.

Kembalilah menemui bani Israil di kampung lainnya.

“Hai Bani Israil, aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.”

“Hai Uzair, kamu tidak bohong?”

Kemudian Uzair mengambil pensil, dan beliau tulis semua isi Taurat dengan tangannya.

Ketika beberapa ulama dibebaskan oleh Amaliq, Bani Israil-pun menyampaikan perihal Uzair kepada mereka (ulama). Akhirnya mereka mengeluarkan naskah Taurat yang mereka sembunyikan di puncak gunung, dan dicocokkan dengan tulisanya Uzair. Ternyata isinya sama.

Akhirnya, sebagian diantara mereka meyakini, Uzair adalah anak Allah… – Maha Suci Allah dari anggapan mereka –. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/134)

Allahu a’lam.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kejutan-kejutan dari Allah subhanahu wa ta'ala


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFqZFltOYjGlSxiTUTBnc_oglAEy0vXrznkjy-9c4ewoNHOFjjr6YFXZQxle7x7pyeTg_d7lv7YmiInI2hiySi16HwitPcmUJ2s09d556qSz1k8oSHWW9KgHVlCH_MeWIP9Y1mOBMqyjGZ/s640/foto+kekuasaan+allah2+-+178.jpg

ORANG yang rendah hati dalam segala hal akan selalu mendapat kebahagiaan di balik ketidaktahuan.

Nabi Nuh belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat kapal dan ditertawai kaumnya.

Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi Musa belum tahu laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yang terbaik

Ternyata di balik ketidaktahuan kita, Allah telah menyiapkan kejutan!

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu08GKM3d3NGcHTkfvEzDd-r6NBuFZ-jj1-8vutk567mEmjTtvmRni3XE6Iv-EtAuPV-wU-yWEDxtyJVue5_EYvRcg3srDFpHL8FIGZv1EutJ8Bmy-vix586qjWUmtxgs8ySsmTtmTZ1Vo/s320/bukti_kebesaran_allah_mesjidtsunami3.jpeg

Seringkali Allah berkehendak didetik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba-hambaNya.

Jangan kita berkecil hati saat sepertinya belum ada jawaban doa.
Karena kadang Allah mencintai kita dengan cara-cara yang kita tidak duga dan kita tidak suka.

Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Lakukan bagianmu saja, dan biarkan Allah akan mengerjakan bagianNya…

Tetaplah percaya.
Tetaplah berdoa.
Tetaplah setia.
Tetap semangat meski dalam kesederhanaan.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Daging Ini Halal buat Kami, Haram buat Tuan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiNzZaygZMiK2JCeL4K-HSNsk5dbEQ18soNdemUD_Dl3AzyiH23WAtjntIpjZbVcKlhSsJfBH1i5ioiE9-lnUsFLG74KYNDNmNOo1d41zfrssuafsMQexclE3ntsrxz_Tc7UwE6CphcNQ/s640/mecca.jpg

ULAMA Abu Abdurrahman Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi ulama terkenal di Makkah menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun.”

“Apa?” tanya malaikat satunya, seolah tak percaya.

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. Ia menangis dalam mimpinya.

“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.

“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Bagaimana bisa?”

“Itu kehendak Allah.”
“Siapa orang tersebut?”

“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (Damaskus sekarang).”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Suriah.

Sampai di sana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, di tepi kota,” jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai di sana, ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah Anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya ulama itu.

“Betul, siapa Tuan?”

“Aku Abdullah bin Mubarak.”

Said pun terharu, “Anda adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah Anda perbuat, sehingga Anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”

“Wah saya sendiri tidak tahu!”

“Coba ceritakan bagaimana kehidupan Anda selama ini.”

 https://cdns.klimg.com/newshub.id/news/2015/07/03/8312/25202-makkah-jadul.jpg

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita. “Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar : ‘Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka.’ Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu.’

“Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis Ya allah aku rindu Mekah. Ya Allah aku rindu melihat Kabah.
Izinkan aku datang….. Izinkan aku datang ya Allah.. Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.

“Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji. Saya sudah siap berhaji.”

“Tapi Anda batal berangkat haji?”

“Benar.”

“Apa yang terjadi?”

“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat.

‘Suamiku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?’

‘Ya, sayang.’

‘Cobalah kaucari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku.’

“Sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Di situ ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.

“Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya. Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan: ‘Tidak boleh tuan.’

‘Dijual berapapun akan saya beli.’

‘Makanan itu tidak dijual, Tuan,” katanya sambil berlinang mata.

“Akhirnya saya tanya, ‘Kenapa?’

“Sambil menangis, janda itu berkata, “Daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan.’

“Dalam hati saya: ‘Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?’

“Karena itu saya mendesaknya lagi, ‘Kenapa?’

‘Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

‘Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram.’

“Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu. ‘Ini masakan untukmu,’
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.

‘Pakailah uang ini untukmu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi.’

“Ya Allah.. di sinilah hajiku. Ya Allah… di sinilah Mekahku,” si tukang sol itu mengakhiri ceritanya.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kisah Mantan Pendeta Roma Yang menjadi Seorang Muslim


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyyZI0i-PsLuj3yA8YvA_v99KaQWMvsKMH1j9oOo8PhpaOf-rGeY_dZnLtiTYqKDZ2yM317wMEyYgrFLZxelrT9s4ioMiqBCk21S7OAqBLT8PwUaDub71XVoWLZ7uDnOSlR6Hk5Jsu-sU/s1600/jalan-yang-lurus.jpg

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.

Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.

Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’aala, pasti Dia ‘Azza Wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan akan dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmatan Islam. Semoga Allah merahmati syaikh kami al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالسُنَّةِ

Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan as-Sunnah

Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
إِنَّ مِنْ نِعْمَةِ اللهِ عَلَى اْلأَعْجَمِيِّ وَ الشَابِ إِذَا نَسَكَ أَنْ يُوَافِيَ صَاحِبَ سُنَّةٍ فَيَحْمِلَهُ عَلَيْهَا

Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam dan pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya

Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik, kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’aala.

Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-.

Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nashrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.

Ibrahim (dulu bernama Danial) -semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan:

Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.

Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku. Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaanku, akan tetapi tetap saja belum sempurna.

Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan shalat. Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama, ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu dan saudari-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka.

Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke ad-dir (Istilah untuk gereja yang terpencil di pedalaman. – pent.) disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.

Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu ad-dir ke ad-dir yang lain, saya membaca dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang tidak bisa meninggalkan ad-dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu ad-dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.

Setelah itu, saya memutuskan untuk berkeliling ke pelbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat berkesan, sehingga saya mencintainya.

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah, keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka menfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali , serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.

Semua diskusi tesebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.

Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju ke dalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang terbuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.

Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku. Alhamdulillah.

Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke ad-dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah ad-dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk memberikan kalimat dan janji. Pada malam itu, saya berfikir panjang, dan keesokan harinya saya memutuskan untuk tidak memberikan janji kepada mereka lalu kutinggalkan ad-dir tersebut.

Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari ad-dir, setelah itu saya menuju al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman, dan al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.

Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhedQ7IylNSY66amspRTILg1eXNmgzQ-JubIm2hf0eezbqem6zqGKiplIBdhZ3SkZL1G3WfrldDA3YDLBkv6R-39qOG9JjxD8T1HfDpfD2ylSTXXMSjDI6Y5g0LU1imVcMplnJm600G-6I/s1600/islam.jpg

Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah kukumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.

Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.

Kemudian saya putuskan untuk kembali ke al-Quds, karena saya yakin bahwa al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan al-Qur’an, Injil dan Taurat. Kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘alaihimassalaam yang asli.

Selanjutnya saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang dari teman-temannya para da’i.

Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sabahat yang mulia, Salman al-Farisi radhiyahllahu’anhu, karena di dalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.

Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya fadhilatusy Syaikh Hisyam al-‘Arif –hafidhohulloh-, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.

Setelah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaanku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.

Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan :
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya

Maka serta merta saudara Amjad memelukku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas keislamanku, kemudian kami sujud syukur sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi ([1] Sebagaimana hadits Qoish bin ‘Ashim, Ketika beliau masuk Islam, Rasulullah memerintahkannya untuk mandi dengan air yang dicampur bidara. (HR. An-Nasai, at-Turmudzi dan Abu Daud. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa’ (128).)) dan berangkat ke al-Masjid al-Aqsho untuk menunaikan shalat dhuhur,

Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jamaah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bapaknya para nabi, yaitu Ibrahim q yang melakukan khitan pada usia 80 tahun (Sebagaimana Rasulullah n bersabda : Ibrahim berkhitan ketika umur 80 tahun dengan “al-Qoduum” (nama alat atau tempat).( HR. Al-Bukhori (3356) dan Muslim (2370).)).

Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’aala dan sunnah Rasulullah n sesuai dengan manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat g beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan as-Sunnah.
Oleh : Syaikh Amjad bin Imron Salhub

Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc. dari majalah ad-Da’wah as-Salafiyah-Palestina edisi perdana, Muharram 1427 H halaman: 21-24.



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Kategori

Kategori